Waduh! Bendungan Ukraina Meledak Lagi, Rusia Biang Kerok?
Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan ledakan bendungan di Ukraina terus berlanjut. Setelah sebelumnya ledakan mengguncang waduk Nova Kakhovka dan memicu banjir besar, kali ini muncul laporan terkait kerusakan di bendungan di sepanjang Sungai Mokri Yaly.
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Hanna Maliar, menyebut pasukan Rusia telah meledakkan bendungan itu. Hal ini dituding untuk menghambat operasi penyelamatan Kyiv yang sedang mengevakuasi korban banjir pasca ledakan bendungan Nova Kakhovka sebelumnya.
"Pasukan Rusia telah meledakkan bendungan untuk mempersulit pasukan penyerang Ukraina untuk menyeberangi Sungai Dnipro bagian bawah yang banjir, dan karena itu memperpendek garis depan yang harus mereka pertahankan," katanya, dikutip The Guardian, Selasa (13/6/2023).
Hal ini juga dikonfirmasi juru bicara militer Ukraina, Valeriy Shershen. Ia menyebut kepada kantor berita Ukrainska Pravda bahwa sebuah bendungan di hulu sepanjang Mokri Yaly telah diledakkan oleh pasukan pendudukan, menyebabkan banjir di kedua tepi sungai.
"Tujuan Rusia adalah untuk memperlambat serangan balik Ukraina, tetapi itu gagal."
Ledakan bendungan ini sendiri terjadi setelah Ukraina melancarkan serangan balik untuk merebut wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai Rusia. Pada Senin malam, Maliar mengatakan tiga permukiman, Novodarivka, Levadne, dan Lobkove, telah direbut oleh pasukan Ukraina.
Angkatan bersenjata telah menerbitkan foto unit mereka yang mengibarkan bendera di tempat yang diklaim sebagai desa yang direbut kembali. Blogger militer Rusia mengkonfirmasi kemajuan Ukraina ini dan melaporkan pertempuran sengit semalam, di mana Kyiv berupaya merebut desa berikutnya, Urozhine, di tepi timur Sungai Dnipro, demi dapat mengarah ke Mariupol.
Pejabat Ukraina sendiri sebenarnya tidak begitu banyak berbicara tentang serangan balasan, selain mencatat keuntungan teritorial kecil di sekitar Bakhmut, di front Donetsk Utara. Desa-desa di sepanjang Sungai Mokri Yaly menandai pemukiman pertama yang dibebaskan setelah seminggu serangan balasan
Para pejabat militer Ukraina secara pribadi menunjukkan bahwa mereka sejauh ini belum mengerahkan sebagian besar dari 12 pasukan penyerang bersenjata barat yang kuat di Kyiv ke dalam pertempuran.
"Ngomong-ngomong, kami belum memindahkan pasukan utama kami. Jadi ada alasan untuk percaya pada yang terbaik," seorang perwira Ukraina mengirim sms dari Front Selatan.
Meski begitu, Kyiv frustrasi karena ibu kota barat sejauh ini belum mengumumkan vonis atas tanggung jawab atas penghancuran bendungan Nova Kakhovka. Para pejabat menyebut Rusia lah yang harus bertanggung jawab lantaran kehancuran bendungan itu hanya bisa dilakukan dari ledakan dalam, dan saat itu bendungan dikuasai Moskow.
Di hilir bendungan yang rusak, pihak berwenang Ukraina mengatakan air banjir mulai surut hingga 5 cm per jam. Sementara itu di hulu, waduk terus mengering, meninggalkan hamparan lumpur yang luas dan ikan mati. Menurut pejabat di Kyiv, lebih dari 72% kapasitas waduk, 14.395 kilometer kubik udara, telah hilang.
Bendungan ini sendiri sempat memicu ancaman bencana nuklir, dengan status Nova Kakhovka menjadi penampungan air bagi PLTN Zaporizhzhia. Meski begitu, Menteri Lingkungan Hidup Ukraina, Ruslen Strilets, mengatakan bahwa, pembangkit nuklir memiliki cukup air untuk menjaga inti reaktornya dan mencegah kehancuran.
"Terkait pembangkit, ketinggian air di kolam pembangkit stabil dan cukup untuk memenuhi kebutuhan pembangkit. Situasinya sekarang terkendali," kata Strilets dalam sebuah wawancara televisi.
(luc/luc)