Eks CIA Ungkap Hari Kejatuhan Dolar AS, Ini Tanggalnya
Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan penasihat CIA dan dan bankir investasi James Rickards memberikan perkiraan terkait kapan dolar Amerika Serikat (AS) kehilangan posisinya dalam hegemoni dunia.
Hal ini dituliskannya dalam sebuah kolom opini di The Daily Reckoning yang dimuat Al Mayadeen, Rabu (7/6/2023).
Dalam tulisannya, Rickards memperkirakan bahwa 22 Agustus akan menjadi hari status dolar AS untuk alat pertukaran global secara resmi akan runtuh. Banyak faktor yang patut dipertimbangkan, termasuk persenjataan dolar terhadap ekonomi Rusia di tengah konflik di Ukraina dan utang nasional AS sendiri senilai US$ 31 triliun.
Selain itu, pembicaraan baru-baru ini oleh kelompok BRICS+ untuk menciptakan perdagangan alternatif dan mata uang cadangan yang akan menyaingi dolar juga dapat mengancam posisi The Green.
"Pada 22 Agustus, sekitar dua setengah bulan dari hari ini, perkembangan paling signifikan dalam keuangan internasional sejak 1971 akan diresmikan," tulis Rickards mengacu pada BRICS+ Leaders Summit mendatang.
Rickards juga mengacu pada fakta menarik terkait tanggal 22 Agustus, di mana tahun 1971, tanggal yang sama juga merupakan hari di mana AS menjatuhkan standar emas.
"Ini melibatkan peluncuran mata uang utama baru yang dapat melemahkan peran dolar dalam pembayaran global dan pada akhirnya menggantikan dolar AS sebagai mata uang pembayaran dan mata uang cadangan utama."
Rickards mengatakan dorongan untuk mata uang baru yang dipelopori oleh kelompok BRICS+ akan mempengaruhi perdagangan dunia, investasi asing langsung dan portofolio investor dengan cara yang dramatis dan tak terduga. ini juga dapat menyebabkan gejolak geopolitik.
"Rencana ekspansi BRICS+ adalah pengembangan paling penting dari sistem BRICS. Delapan negara sejauh ini telah mengajukan keanggotaan, bersama dengan dua belas lainnya menyatakan minat untuk bergabung dengan blok tersebut, termasuk Arab Saudi, yang membantu AS dalam mendorong mata uang dolar ke status hegemon dunia melalui pembentukan sistem petrodolar," pungkasnya.
"Daftar ini lebih dari sekadar meningkatkan jumlah karyawan pada pertemuan BRICS mendatang. Jika Arab Saudi dan Rusia sama-sama anggota, Anda memiliki dua dari tiga produsen energi terbesar di bawah satu tenda."
Sebagai catatan, negara-negara BRICS membentuk 30% dari ekonomi dunia. Aliansi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan ini juga merupakan 50% produksi gandum dan beras dunia, dan 15% cadangan emas planet ini.
Sementara itu, usul mengenai dedolarisasi dalam BRICS mencuat setelah hal ini diusulkan Rusia. Usulan ini digagas Moskow lantaran manuver politik AS dan sekutunya untuk memberikan sanksi ekonomi pada Rusia akibat perang di Ukraina.
Adapun fenomena dedolarisasi atau buang dolar mulai dilakukan oleh banyak negara di dunia. India telah mengeluarkan kebijakan baru untuk semakin meningkatkan penggunaan rupee dalam perdagangan mereka sejak April 2023. Salah satunya dengan Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA).
Tak kalah dengan India, Indonesia ternyata telah mengurangi ketergantungan akan dolar sejak 2018. Bank Indonesia (BI) menggencarkan penggunaan mata uang lokal melalui settlement currency atau local currency settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan bilateral Indonesia dengan negara mitra sejak 2018.
(luc/luc)