Jokowi Resmi Setop Ekspor Bauksit, RI Klaim Masih Cuan Rp22 T

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
Senin, 12/06/2023 15:15 WIB
Foto: Infografis/Harta Karun RI/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia resmi menghentikan ekspor mineral mentah bauksit per hari Minggu, 11 Juni 2023. Hal ini sesuai amanat Undang-Undang No.3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba).

Meski ekspor bauksit sudah resmi dihentikan, namun pemerintah mengaku masih mendapatkan keuntungan dari kebijakan ini, kok bisa?

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia masih mendapatkan manfaat bersih sebesar US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 22,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$) dari komoditas bauksit, terutama dengan adanya nilai tambah bauksit yang diproses dan dimurnikan di fasilitas pemurnian (smelter) dalam negeri.


Dengan diproses dan dimurnikan di dalam negeri, nilai tambah bauksit bagi negara ini diperkirakan mencapai US$ 1,9 miliar atau sekitar Rp 28,1 triliun. Namun dengan dihentikannya ekspor bauksit, maka perkiraan penurunan nilai ekspor yang diperoleh RI dalam setahun diperkirakan mencapai US$ 494,6 juta dan penurunan penerimaan negara dari royalti sebesar US$ 49,6 juta.

"Saat pelarangan ekspor diberlakukan, akan terjadi pengurangan pendapatan negara dan kehilangan kesempatan kerja di pertambangan. Namun dari fasilitas pemurnian yang telah beroperasi, terdapat nilai tambah bijih bauksit sebesar US$ 1,9 miliar, sehingga pemerintah masih mendapatkan manfaat bersih sebesar US$ 1,5 miliar dan lapangan pekerjaan untuk 7.627 orang," papar Menteri ESDM Arifin Tasrif di Komisi VII DPR RI, 24 Mei 2023.

Arifin menjelaskan, khusus 2023 pengurangan ekspor bauksit mencapai sekitar 8,09 juta ton atau setara US$ 288,52 juta atau sekitar Rp 4,3 triliun. Pada 2024 dengan berhenti penuh setahun, maka bauksit yang tidak diserap di dalam negeri sebesar 13,86 juta ton atau setara dengan nilai ekspor US$ 494,6 juta.

Sebanyak 1.019 orang di kegiatan produksi maupun penjualan bauksit diperkirakan tidak dapat bekerja atau terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

"Namun dengan terdapatnya 4 smelter eksisting, terdapat peningkatan nilai tambah dari hilirisasi bauksit sebesar US$ 1,9 miliar dan tenaga kerja 8.646 orang," ucapnya.

Adapun 4 smelter bauksit yang progres pembangunannya telah rampung 100% dan beroperasi saat ini antara lain:

1. PT Indonesia Chemical Alumina
Berada di Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Smelter memproduksi Chemical Grade Alumina (CGA), dengan nilai investasi US$ 490 juta.

2. PT Bintan Alumina Indonesia
Berada di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, smelter ini memproduksi Smelter Grade Alumina (SGA). Nilai investasi mencapai US$ 690,9 juta.

3. PT Well Harvest Winning Alumina Refinery
Berlokasi di Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Nilai investasi US$ 559,4 juta.

4. PT Wel Harvest Winning Alumina Refinery (Ekspansi)
Berlokasi di Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Nilai investasi US$ 449,1 juta. Total produksi alumina dari PT Well Harvest Winning Alumina Refinery mencapai 2 juta ton per tahun.

Adapun 8 proyek smelter bauksit lainnya disebutkan masih berupa tanah lapang atau bahkan tidak ada aktivitas pembangunan smelter.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tambang Kerap Diterpa Isu Lingkungan, Begini Saran DPR