Subsidi Diusulkan Lebih Besar, Tarif Listrik 2024 Gak Naik?
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menegaskan arah kebijakan subsidi listrik 2024 akan didorong untuk tepat sasaran, semakin berkeadilan dan pro-transisi energi atau energi baru dan terbarukan (EBT).
"Kita beri (subsidi) ke golongan berhak serta mendorong tarif adjustment pelanggan non-subsidi ini sudah bertahap kita lakukan selaras dengan daya beli dan perekonomian masyarakat agar inflasinya tidak meningkat," kata Kepala BKF Febrio N. Kacaribu dalam rapat panja dengan Badan Anggaran (Banggar), Senin (12/6/2023).
Dia mengatakan Kemenkeu telah menerapkan tarif adjustment pada golongan rumah tangga mampu dan konsumen pemerintah. Dengan demikian, langkah ini dapat memperbaiki ketepatan sasaran subsidi dan kompensasi listrik ke depan dapat diperbaiki.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan agar subsidi listrik dalam RAPBN 2024 dipatok antara Rp 69,81-74,85 triliun.
Penetapan tersebut dengan asumsi nilai tukar rupiah sebesar Rp 14.700-15.300 per US$, harga minyak mentah Indonesia alias ICP sebesar US$ 80 per barel, serta inflasi 1,5-3,5%.
"Terkait subsidi listrik usulan RAPBN 2024 sebesar Rp 69,81 sampai 74,85 triliun," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
Usulan subsidi listrik pada RAPBN 2024 ini meningkat dibandingkan subsidi listrik pada APBN 2023 yang ditetapkan sebesar Rp 70,49 triliun.
Realisasi penyaluran subsidi listrik selama Januari sampai Mei 2023 ini telah mencapai Rp 21,08 triliun. Hingga akhir 2023, subsidi listrik diperkirakan bisa mencapai Rp 68,47 triliun, lebih rendah dari yang ditetapkan dalam APBN 2023.
(haa/haa)