Internasional

Ekonomi Sempat Ambruk, Sri Lanka Kini Buka Lebar Keran Impor

teti purwanti, CNBC Indonesia
Sabtu, 10/06/2023 19:35 WIB
Foto: REUTERS/Dinuka Liyanawatte/Files

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan Sri Lanka mencabut pembatasan impor 286 barang, yang diharapkan bisa membantu negara tersebut perlahan bangkit dari dari krisis ekonomi terburuk selama beberapa dasawarsa. 

Seperti diketahui, Sri Lanka mulai jatuh dalam krisis ekonomi sejak tahun lalu karena cadangan devisanya habis. Kemudian pemerintah membatasi impor lebih dari 3.200 barang, termasuk makanan laut, elektronik, dan bahkan alat musik.

Untungnya selama sembilan bulan terakhir, Sri Lanka mendapat talangan dari IMF senilai US$2,9 miliar. Dana tersebut berhasil memoderasi inflasi yang pernah melonjak dan mulai membangun kembali cadangan devisanya.


s Immigration and Emigration Department, amid the country's economic crisis, in Colombo, Sri Lanka, June 8, 2022. Picture taken June 8,2022. REUTERS/Dinuka Liyanawatte" title="SRI LANKA-CRISIS/EMIGRATION" />Foto: REUTERS/DINUKA LIYANAWATTE
People wait to apply for a passport at the Sri Lanka's Immigration and Emigration Department, amid the country's economic crisis, in Colombo, Sri Lanka, June 8, 2022. Picture taken June 8,2022. REUTERS/Dinuka Liyanawatte

Cadangan Sri Lanka tumbuh 26% ke level tertinggi dalam 17 bulan sebesar USD 3,5 miliar pada Mei lalu, dibantu oleh pengiriman uang yang lebih kuat dan pendapatan pariwisata. Selain itu, data Bank Sentral negara tersebut juga menunjukkan, mata uang telah meningkat sekitar 24% tahun ini.

"Dengan stabilnya ekonomi, pembatasan impor pada 286 barang telah dicabut mulai Jumat tengah malam," kata Kementerian Keuangan dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Sabtu (10/6/2023).

Berbagai barang dari gerbong kereta api hingga penerima siaran radio masuk dalam daftar terbaru yang keluar dari pembatasan. Selain itu, Sri Lanka juga akan memangkas harga 60 obat esensial sebesar 16% mulai minggu ini.

Meski begitu, pembatasan impor 928 item barang lainnya masih berlanjut.

Sebelumnya, laporan AFP yang mengutip Departemen Statistik Sri Lanka mengatakan penurunan tahun 2022 merupakan yang terdalam sejak negara itu merdeka 75 tahun lalu. Pada 2021, ekonomi tumbuh 3,5% sementara di 2020 mengalami pertumbuhan minus 4,6% akibat pandemi Covid-19.

"Ini diakibatkan efek mendalam krisis ekonomi, kekurangan daya energi yang sering terjadi, kelangkaan bahan bakar, bahan baku, dan mata uang asing," ungkap lembaga itu pada rilis.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inflasi Inggris Betah di Level Tinggi Pada Mei 2025