Ini Gawat! Dunia Terancam Krisis Beras, Permintaan Naik 30%

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Sabtu, 10/06/2023 09:30 WIB
Foto: Para pekerja sedang mengangkat beras di Gudang Bulog Kelapa Gading Jakarta. (Dok. Bulog)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia bakal menghadapi ancaman krisis komoditas pangan yang cukup serius. Salah satunya yakni komoditas beras. Kekurangan beras tentunya dapat membahayakan ketahanan pangan miliaran orang di dunia.

Namun apabila ilmuwan dan petani dapat memecahkan persoalan tersebut, ini akan menjadi berita bagus untuk iklim.

Pasalnya, penanaman padi merupakan sumber utama gas rumah kaca. Mengutip World Economic Forum yang melansir dari USDA Sabtu (10/6/2023), permintaan beras diperkirakan naik 30% pada tahun 2050.


Namun demikian, berdasarkan laporan Nature Food produksi beras global tidak sejalan dengan permintaan sebesar itu. Sementara menurut laporan international rice research institute beras sangat rentan terhadap perubahan iklim.

Sedangkan, berdasarkan data dari WWF, tanaman padi juga membutuhkan air yang cukup banyak. Setidaknya untuk menghasilkan 1 kg beras, tanaman ini butuh air 3000-5000 liter.

Kondisi ini tentu membuatnya sangat rentan terhadap kekeringan, yang menjadi lebih sering dan lebih parah. Di samping itu dengan suhu yang meningkat juga berkontribusi terhadap lebih banyak kegagalan panen.

Sementara banjir dan naiknya permukaan air laut mengancam sawah di dataran rendah. Berdasarkan data dari IFPRI, para ahli mengatakan bahwa pada tahun 2050, perubahan iklim dapat memangkas hasil panen padi sebesar 15%

Bahkan pada tahun ini, krisis pasokan pangan global menduduki peringkat keempat sebagai risiko paling parah pada tahun 2023.

Penanaman padi juga menyebabkannya beras sebagai penghasil utama gas rumah kaca. Setidaknya beras menghasilkan 10% emisi metana buatan manusia secara global.

Lantas bagaimana solusinya?

Ilmuwan bekerja untuk meningkatkan hasil padi sambil membatasi dampak perubahan iklim. Para ahli ini sedang mengembangkan varietas padi baru yang tahan terhadap kekeringan, banjir, salinitas, dan panas.

sementara Petani mencoba untuk melakukan metode budidaya yang lebih ramah iklim. Di Vietnam misalnya, para petani telah menguji metode irigasi dan pengolahan tanah yang baru.

Pendekatan ini dinilai telah meningkatkan hasil hingga 18% dan keuntungan petani sekitar 29%. Sembari memangkas jumlah emisi serta penggunaan pupuk dan air.

Di sisi lain, semakin banyak juga platform yang menggunakan teknologi untuk meningkatkan produksi beras.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bansos Beras Disalurkan Bulan Ini