
Demi Tekan Emisi, Biaya Proyek Raksasa RI Bisa Tembus Rp300 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui akan ada tambahan biaya investasi dalam pengembangan Blok Masela yang digarap Inpex Masela Ltd.
Hal tersebut menyusul adanya penambahan fasilitas Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) untuk proyek tersebut.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, setelah Pertamina sepakat untuk mengambil alih hak partisipasi 35% milik Shell di Blok Masela, maka tahap selanjutnya adalah pengajuan revisi rencana pengembangan atau Plan of Development (PoD).
Mengingat, dalam revisi PoD kedua ini, Inpex selaku operator akan memasukkan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS).
"Karena akan ada kegiatan karbonya mesti di-capture jangan sampai keluar, kalau enggak, pendanaan untuk ke proyek fosil ini kan agak mendapatkan tekanan. Kurang mau kecuali untuk energi terbarukan. Jadi ya supaya gas ini gas bersih jadi harus dimasukkan (teknologi CCUS)," ungkap Arifin di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (9/6/2023).
Meski penambahan fasilitas CCUS dalam proyek Blok Masela akan membuat biaya investasi bengkak, namun peemrintah meminta agar pengembang tidak membebankan peningkatan investasi ini kepada harga gas. Apalagi, lanjutnya, gas Blok Masela bakal diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Bisa aja ada cost, tapi kita minta cost-nya jangan sampai membebankan harga gas, terutama untuk dalam negeri," kata Arifin.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memprediksi akan ada tambahan biaya investasi hingga sebesar US$ 1,3 miliar menyusul adanya penambahan fasilitas CCUS di Blok Masela.
"Kemarin mereka (Inpex) sudah selesai studi, ini diperkirakan bisa sampai US$ 1,2 sampai US$ 1,3 miliar," ujar Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (22/8/2022).
Perlu diketahui, proyek ini dikatakan "raksasa" karena mulanya diperkirakan akan menelan biaya hingga US$ 19,8 miliar, belum termasuk penggunaan teknologi CCUS tersebut. Bila penerapan teknologi CCUS bisa meningkatkan investasi sekitar US$ 1,3 miliar, artinya investasi proyek gas Blok Masela ini bisa melonjak menjadi US$ 21,1 miliar atau sekitar Rp 316,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$).
Blok Masela ini merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan ditargetkan bisa menghasilkan gas "jumbo" sebesar 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari.
Proyek ini dikelola oleh Inpex Masela Ltd yang bertindak sebagai operator dan memegang hak partisipasi 65% dan 35% masih dipegang oleh Shell.
Inpex dan mitranya nantinya akan membangun Kilang Gas Alam Cair (LNG) di darat yang mulanya ditargetkan sudah bisa beroperasi pada 2027. Terbaru, operasional proyek ini diperkirakan mundur menjadi 2029.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Akui Aset Blok Masela Strategis, Tapi..
