Waspada! Risiko Tinggi Intai Pertamina Jika Masuk Blok Masela

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
09 June 2023 16:15
Blok Masela (Dok.Reuters)
Foto: Blok Masela (Dok.Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) dengan dalam proses negosiasi terkait dengan pengambil alihan hak partisipasi atau Participating Interest (PI) 35% milik Shell di Blok Masela. Namun, pengambil alihan PI tersebut dinilai bisa merugikan Pertamina lantaran belum ada kepastian pembeli gas dari Blok migas raksasa itu.

Praktisi minyak dan gas bumi (migas) Hadi Ismoyo menilai, masuknya Pertamina ke dalam pengelolaan Blok Masela sah-sah saja apabila merupakan sebuah penugasan dari pemerintah. Namun, hal tersebut menjadi kurang tepat jika itu dilakukan karena murni aksi korporasi.

"Untuk rencana pengembangan (PoD) Gas Development, kalau belum ada GSA dengan pihak buyer gas itu sangat high risk karena potensi project bisa delay, delay and delay. Setiap delay dalam satuan waktu IRR Project akan semakin tergerus," ungkap Hadi kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (9/6/2023).

Menurut Hadi, Pertamina akan dua kali kerja jika tetap ingin mengakuisisi hak partisipasi Shell di Blok Masela sebesar 35%. Pasalnya, perusahaan migas pelat merah ini juga harus memastikan dari sisi technical feasible sekaligus mendevelop buyer gas dengan finalisasi GSA dengan pihak buyer.

"Hanya 35%, tidak punya control dalam voting right. Apalagi konsorsium. Namun berbagi risk itu perlu. Kalau tujuannya untuk mengontrol Masela, sulit juga karena voting right minimal 51% atau lebih," kata dia.

Di lain sisi, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyampaikan pengembangan Blok Masela cukup penting untuk segera dilakukan. Pasalnya, produksi gas di Blok Masela dapat memberikan sumbangan pendapatan ke negara.

"Masuknya Pertamina komitmen kami segera mungkin mendevelop agar gas di dalam perut bumi Masela bisa dimonetisasi dan menghasilkan pendapatan negara dan meng-create ekonomi di daerah maupun nasional," kata Nicke dalam acara Media Briefing Capaian Kinerja Pertamina 2022, Selasa (6/6/2023).

Nicke mengatakan saat ini pihaknya tengah memfinalkan proses peralihan hak partisipasi tersebut dengan Shell. Namun demikian, ia tidak bisa berbicara lebih jauh karena terikat dengan non disclosure agreement/NDA atau perjanjian kerahasiaan.

"Masela kita tandatangan NDA jadi gak boleh dibocorin ini kejutan," ujar Nicke.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong agar temuan gas di Blok Masela yang berada di perairan Laut Arafuru, Maluku ini dapat segera dikembangkan. Sebab, sejak ditemukan pada 25 tahun silam, hingga kini gas Blok Masela belum dimanfaatkan untuk kepentingan negara.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menilai proses pelepasan hak partisipasi atau PI milik Shell di Blok Masela sebesar 35% ke Pertamina cukup penting untuk segera dilakukan. Sehingga proyek ini dapat berjalan sebagaimana mestinya.

"Fokus pemerintah di sana (proyek jalan), tentunya ini ada suatu opportunity loss yang besar seharusnya pemerintah sudah bisa mendapatkan bagian dari revenue dari pengembangan lapangan tersebut jadi fokus pemerintah secepat mungkin karena ini sudah lama," ujar Tutuka dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (6/6/2023).

Meski demikian, Tutuka menyampaikan pemerintah tidak ingin mengintervensi terlalu jauh proses pelepasan PI Shell di Blok Masela yang saat ini masih berlangsung. Ia menegaskan pihaknya mempunyai peran untuk selalu mendorong investasi di sektor hulu migas berjalan dengan baik dan kondusif.

"Jadi harapannya kalau akhir Juni selesai endingnya diharapkan bisa baik lah dari segi bisnis win-win. Karena kita sadari bahwa Shell udah lama di Indonesia sudah seratus tahun ada, jadi kalau berakhir keluar di Masela baik kan baik juga jadi kita harapkan baik juga untuk Shell dan Pemerintah," kata dia.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Blok Masela Gak Kunjung Kelar, Bos SKK Migas: Namanya Proyek Abadi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular