
Masih Cuci Gudang, Waspada RI Dibanjiri Produk China!

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas perekonomian China setelah 'mati suri' akibat pandemi Covid-19, kenyataannya belum mampu membuat kinerja manufaktur atau pabrik di sana cepat pulih.
Inventori perusahaan China masih sangat tinggi, sehingga banyak perusahaan-perusahaan melakukan clearance sale alias cuci gudang. Clearance sale akan membuat produk China murah dan hal ini cukup mengancam industri dalam negeri.
Ekonom Senior Raden Pardede menjelaskan, global demand yang melemah, ekspor dari China ke Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan. Sehingga banyak barang-barang yang diproduksi China tidak dipasarkan ke negara-negara seperti AS dan Eropa.
"Kemungkinan dia (China) akan membanjiri kita dengan harga yang lebih rendah. Oleh karena itu, yang harus diantisipasi jangan sampai barang-barang dari Tiongkok itu masuk ke Indonesia secara ilegal atau mungkin melakukan dumping," jelas Raden kepada CNBC Indonesia, seperti dikutip Kamis (8/6/2023).
Hal ini yang kemudian, kata Raden harus diantisipasi, sehingga produk-produk seperti tekstil, garmen, yang cenderung padat karya tidak mengalami dampak atas situasi ekonomi China saat ini.
Seperti diketahui, saat ini industri tekstil di Indonesia di tengah ancaman adanya pemutusan hubungan kerja (PHK). Karena diperkirakan produk-produk murah China akan membanjiri tanah air.
"Serbuan produk impor ini sudah puluhan tahun kami serukan. Dan agar impor ilegal diberantas. Maraknya perjanjian perdagangan dan sejenisnya itu membuat serbuan impor semakin bebas. Akibatnya mematikan produsen di dalam negeri," ujar Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (8/6/2023).
Di sisi lain, dia mengakui, barang impor, terutama asal China memang murah dan kualitasnya pun masih mumpuni.
"Kain katun impor China hanya dibanderol Rp15.000 per meter, sementara kalau diproduksi lokal jadinya Rp30.000 per meter. Nggak habis pikir memang gimana cara mereka (China) menghitung biayanya,"ungkap Ristadi.
"Dan ini yang bikin ada pabrik kain, yang tadinya memasok kain ke perajin Batik di Pekalongan, beralih jadi importir kain dari China," kata Ristiadi lagi.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Bank Central Asia (BCA), dari 98 kategori barang berdasarkan HS 2 digit, 41 barang mengalami volume impor dengan harga yang lebih murah, dibandingkan dengan kuartal I-2023.
Berdasarkan data bea dan cukai China yang dirilis Rabu (7/6/2023), ekspor Negeri tirai bambu turun 7,5% secara tahunan sepanjang Mei. Senada dengan ekspor, realisasi impor juga turun 4,5% secara tahunan.
Biro Statistik Nasional (NBS) China melaporkan Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) turun ke level terendah lima bulan di 48,8 tercatat turun dari 49,2 pada April. Angka PMI ini juga mematahkan perkiraan kenaikan menjadi 49,4.
Kondisi ini jelas merupakan lampu kuning bagi Indonesia. China ada salah satu mitra dagang dan investasi utama Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pernah mengungkapkan, kontraksi 1% ekonomi China dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,3% hingga 0,6%.
(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tadinya Kabar Baik, Eh Ternyata China Malah Bikin Buntung RI