Waduh! NATO Mungkin Kirim Pasukan Masuk Ukraina
Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa negara NATO kemungkinan besar akan mengirim pasukannya ke Ukraina. Hal ini disampaikan oleh mantan Sekretaris Jenderal NATO Anders Rasmussen.
Dalam keterangannya, Rasmussen menyatakan hal ini didapatkan setelah berkeliling Eropa dan Washington sebelum KTT aliansi itu dimulai pada 11 Juli mendatang. Menurutnya, sekelompok negara siap menaruh pasukan ke Ukraina jika negara anggota termasuk AS tidak memberikan jaminan keamanan yang nyata kepada Kyiv.
"Jika NATO tidak dapat menyepakati jalan yang jelas ke depan untuk Ukraina, ada kemungkinan yang jelas bahwa beberapa negara secara individual dapat mengambil tindakan," ujarnya dikutip The Guardians, Kamis, (8/6/2023).
Ia menjabarkan beberapa negara yang kemungkinan tertarik dengan rencana ini adalah Polandia, yang menurutnya telah secara penuh mendukung Ukraina. Ini kemudian dapat diikuti oleh negara-negara Baltik.
"Saya pikir orang Polandia akan dengan serius mempertimbangkan untuk masuk dan membentuk koalisi yang bersedia jika Ukraina tidak mendapatkan apa pun di Vilnius. Kita tidak boleh meremehkan perasaan Polandia, yang merasa bahwa Eropa Barat sudah terlalu lama tidak mendengarkan peringatan mereka terhadap mentalitas Rusia yang sebenarnya," paparnya.
Rasmussen, yang saat ini menjadi penasihat resmi presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengatakan sangat penting bahwa Ukraina harus menerima jaminan keamanan tertulis, sebaiknya sebelum KTT. Tetapi di luar kerangka kerja NATO.
"Ini perlu mencakup pembagian intelijen, pelatihan bersama Ukraina, peningkatan produksi amunisi, interoperabilitas NATO, dan pasokan senjata yang cukup untuk mencegah Rusia dari serangan lebih lanjut," katanya.
Meski begitu, ia juga mengingatkan bahwa jaminan keamanan tidak akan cukup. Ia melihat ada beberapa negara yang juga menginginkan agar Ukraina dimasukan ke dalam aliansi itu.
"Sejarah menunjukkan berbahaya meninggalkan Ukraina di ruang tunggu NATO tanpa batas waktu. Bahkan jika undangan ke Ukraina untuk bergabung dengan NATO tidak dapat diberikan pada KTT Vilnius, kemungkinan untuk memperpanjang undangan di Washington tahun depan dapat dirujuk," tambahnya.
Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin beralasan bahwa serangan didasarkan pada niatan Kyiv untuk bergabung dengan NATO, yang sebenarnya merupakan rival dari Moskow.
Hingga saat ini, kedua negara terus melancarkan serangan satu sama lain. Terbaru, sebuah bendungan raksasa bernama Nova Kakhovka di wilayah Kherson jebol, membanjiri daerah tersebut.
Ukraina menuduh Rusia meledakkan bendungan dan membanjiri kota-kota di hilir, termasuk Kherson. Di sisi lain, Moskow menuding Kyiv sebagai dalang dengan mengulangi kembali bahwa Ukraina telah menyerang bendungan di masa lalu.
(sef/sef)