
Baru Diresmikan, Intip 4 Fakta Menarik Jembatan Kretek 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Joko Widodo belum lama ini meresmikan Jembatan Kretek 2, Bantul, DI Yogyakarta. Pembangunan proyek ini dilaksanakan melalui kerja sama operasi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan PT Hutama Karya (Persero).
Jembatan dengan panjang 556 meter melintasi Sungai Opak untuk menghubungkan antara Parangtritis dan Tirtohargo. Adapun kehadiran jembatan ini mampu memangkas jarak tempuh sekitar 5 km.
Jembatan Kretek 2 di Bantul ini juga menyimpan sejumlah fakta menarik di dalam pembangunannya. Berikut empat fakta menarik jembatan kretek 2:
1. Penggunaan Teknologi Lead Rubber Bearing (LRB)
Jembatan Kretek 2 berada di dekat sesar Opak yang merupakan sesar aktif. Sehingga ada potensi terjadi gempa dan pergerakan tanah (likuifaksi) di lokasi ini. Diperlukan teknologi khusus Lead Rubber Bearing (LRB) untuk meredam gempa.
Corporate Secretary WIKA, Mahendra Vijaya mengungkapkan teknologi LRB dirancang untuk mengurangi dampak gempa pada struktur jembatan serta dapat mengabsorpsi dan mengalihkan energi gempa sehingga mereduksi risiko kerusakan yang dapat terjadi. Sedangkan untuk menanggulangi pergerakan tanah (likuifaksi) digunakan soil replacement sedalam 3m untuk menggantikan tanah yang terlikuifaksi.
"Dengan adanya penggunaan teknologi tersebut, keamanan jembatan dapat meningkat secara signifikan serta mampu memberikan memberikan kepercayaan kepada pengguna jembatan akan ketahanan strukturnya," ungkap Mahendra dalam siaran pers, Rabu (7/6/2023).
![]() |
2. Filosofi Menara Luku
Salah satu ornamen yang menjadi ikon atau landmark di Jembatan Kretek 2 adalah Menara Luku. Konsep perencanaan desain Jembatan Kretek 2 secara garis besar memuat filosofi Among Tani Dagang Layar.
Tidak hanya indah secara visual, landmark juga memiliki makna mendalam. Stilisasi bentuk Luku (Laku Urip Kang Utama) sebagai wujud agrarisnya budaya dan masyarakat Yogyakarta.
Luku yang dipadukan dengan bentuk Pikulan memiliki makna kerja keras dan saling bekerja sama sebagai bagian dalam semangat pembangunan Yogyakarta.
Selain itu, Menara Luku pada Jembatan Kretek 2 juga mengambil filosofi Pamor Keris Toya Mambeg Sepuh atau Pamor Toya Ngembeng tentang genangan air sebagai sumber kehidupan bermakna rejeki yang terkumpul dan tidak mudah bocor atau habis. Ornamen garis-garis pada Menara Luku melambangkan aliran air yang mengalir, di mana posisi Jembatan Kretek sebagai jalan yang melewati sungai (air) tercermin dalam ornamen ini.
"Jika dilihat dalam jenis pamor keris, ornamen seperti itu termasuk pamor toya mambeng, yang mana fIlosofinya adalah harapan untuk rejeki yang lancar dan tidak mudah mengalir keluar," ungkap Mahendra.
3. Edupark Nadiloka Tempat Wahana Rekreasi dan Olahraga
Selain menjadi penghubung jalur jalan lintas selatan (JJLS), Jembatan Kretek 2 juga menjadi ikon baru di Bantul, Yogyakarta. Jembatan ini dilengkapi dengan taman atau edupark yang cukup luas di tepi jembatan pada sisi Parangtritis.
Edupark yang diberi nama Nadiloka ini memanfaatkan space di guide wall jembatan. Sehingga pengunjung akan disuguhkan pemandangan alam karena langsung menghadap sungai Opak dan dimanjakan dengan suasana yang asri, udara yang bersih, sejuk, dan segar.
Di samping menjadi wahana wisata, edupark Nadiloka juga bisa menjadi sarana berolahraga karena dilengkapi dengan jogging track dan pedestrian. Pada bagian tengah edupark, disediakan space Luku Hotspot yang menjadi titik favorit pengunjung untuk berswafoto dengan background Menara Luku serta terdapat Monumen Sesar Opak yang dibangun di Edupark Nadiloka.
"Dengan kehadiran Edupark, pembangunan jembatan tidak hanya menjadi sarana transportasi, tetapi juga menjadi sumber daya wisata yang menarik dan bermanfaat bagi masyarakat setempat dan pengunjung dari luar daerah," terang Mahendra.
4. Fasilitas Rest Area
Tempat istirahat atau dikenal sebagai Rest Area juga dibangun di area Girisubo yang notabenenya menjadi penghubung Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS). Rest Area ini dibangun dengan konsep Cakra Manggilingan dan Swanayasa.
Konsep Cakra Manggilingan secara sederhana adalah siklus yang terus berulang dalam filosofi waktu (infinity), serta menggambarkan hakikat Sangkan Paraning Dumadi yang berarti masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Sedangkan, konsep Swanayasa menggambarkan wahana yang memberikan kehidupan di sekitarnya, sebagai tempat hilir mudik makhluk hidup di atasnya dan persinggahan silih berganti.
Rest Area ini menjadi simbol kesinambungan dan keberlangsungan Yogyakarta dan Gunung Kidul khususnya (Mataram). Selain itu, tempat istirahat ini menjadi rest area pertama di Provinsi DIY dari arah timur.
Keberadaan jembatan ini pun disambut antusias oleh warga bernama Dwi Atmanto. Ia mengaku jarak tempuh ke kawasan Parangtritis dan sekitarnya menjadi lebih cepat dan mudah dijangkau.
"Yang dulu harus muter jauh, sekarang tinggal nyebrang jembatan. Kalau muter itu setengah jam lebih, sekarang seperempat jam sudah bisa mengakses pantai-pantai di selatan, termasuk Parangtritis dan pantai lainnya," ujar Dwi dikutip dari Setpres/BPMI.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wijaya Karya Jadi Pionir Pengolahan Sampah RDF di Indonesia