
Pak Jokowi, Nih Saran Biar Investasi Tak Lesu Jelang Pilpres!

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketidakpastian investasi di tengah ancaman resesi global dan inflasi menjadi tantangan untuk Indonesia. Apalagi, kontestasi politik juga sebentar lagi berlangsung.
Pada tahun politik, biasanya para investor cenderung wait and see, untuk melihat siapa pemimpin negara selanjutnya. Sehingga, diperkirakan investasi Indonesia akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2023, setelah mengalami kelesuan pada kuartal I-2023.
Pada kuartal I-2023, data BPS menunjukan data PMTB atau investasi hanya tumbuh 2,11% (yoy), ini merupakan pertumbuhan terendah sejak 2013 atau sebelum pandemi Covid-19.
Adapun jika dibandingkan dengan kuartal I-2022 dan kuartal IV-2022, penurunannya cukup dalam. Pertumbuhan PMTB pada kuartal I-2022 tercatat sebesar 4,08% dan pada kuartal IV-2022 pertumbuhannya 3,33%.
Riset Bank Mandiri edisi Mei 2023 menyebut, investasi Indonesia masih menghadapi risiko penurunan pada paruh kedua tahun 2023, hal ini sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan berhadapan dengan tahun politik.
Adapun, porsi investasi bangunan dan infrastruktur di dalam PMTB di Indonesia mencapai 70%. Oleh karenanya, Bank Mandiri berpandangan, infrastruktur berperan besar dalam mempercepat pertumbuhan investasi atau PMTB.
"Investasi non bangunan dan infrastruktur masih menjadi pendorong utama pertumbuhan tahun ini," tulis Bank Mandiri dalam risetnya edisi Mei 2023, dikutip Selasa (6/6/2023).
"Proyek Strategis Nasional 2023 yang tercermin dalam anggaran infrastruktur pemerintah akan menjadi krusial bagi PMTB untuk dapat tumbuh lebih dari 3% tahun ini," jelas Bank Mandiri lagi.
Kabar baiknya, alokasi infrastruktur dalam APBN 2023 mencapai Rp 392 triliun atau naik 5,1% dibandingkan alokasi pada APBN 2022.
Menurut Bank Mandiri, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5% di tahun ini, investasi harus tetap tumbuh minimal 4,75%.
Perhitungan Bank Mandiri, untuk mencapai pertumbuhan investasi 4,75% pada 2023, investasi bangunan dan infrastruktur perlu ditingkatkan hingga 2,7%.
Angka prakiraan tersebut jauh di atas pertumbuhan tahun lalu sebesar 0,91% namun jauh lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan tahun 2018 dan 2019 yang masing-masing sebesar 5,41% dan 5,37% (pada masa sebelum pandemi COVID-19).
Untuk mencapai pertumbuhan investasi yang ideal, alokasi anggaran infrastruktur juga harus terealisasi 100%. "Realisasi penuh anggaran infrastruktur Rp 392 triliun harus dapat membawa pemulihan investasi bangunan dan infrastruktur," jelasnya.
Melihat pola musiman investasi bangunan & struktur yang cenderung memiliki realisasi yang lebih besar menjelang akhir tahun, Bank Mandiri meyakini pertumbuhan investasi 4,75% masih bisa tercapai.
"Dengan memperhatikan pola musiman, kami perkirakan investasi bangunan & struktur dapat tumbuh masing-masing sebesar 3,37% yoy, 3,82% yoy, dan 3,57% yoy pada kuartal II-2023, kuartal III-2023 dan kuartal IV-2023."
Seperti diketahui pada kuartal I-2023, realisasi anggaran infrastruktur pemerintah mencapai sekitar 10,82% dari anggaran, atau sudah di atas rata-ratanya.
Menyinkronkan hal tersebut, anggaran infrastruktur perlu direalisasikan masing-masing sebesar 28%, 54%, dan 100% dari anggaran pada kuartal II-2023 hingga kuartal IV-2023.
Ini berarti 17,18% anggaran perlu digunakan pada kuartal II-2023, 26% pada kuartal III-2023, dan 46% pada kuartal IV-2023.
(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pak Jokowi Awas! Investor Deg-degan Jelang Ganti Presiden
