
Investasi LG di Baterai EV RI Lebih Lamban dari China

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan bahwa progres kerja sama Indonesia dengan Korea Selatan dalam pengembangan industri pabrik baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) berjalan lamban.
Seperti diketahui, saat ini pemerintah tengah menjajaki kerja sama dengan negara Korea Selatan, khususnya perusahaan LG Energy Solution (LGES), sebagai salah satu perusahaan produsen baterai EV. Tidak hanya Korea Selatan, Indonesia juga sedang dalam proses kesepakatan kerja sama dengan perusahaan baterai EV di dunia asal China yakni CATL.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan bahwa proses penjalinan kerja sama dengan Korea Selatan, khususnya LG, tidak secepat proses yang dilakukan dengan China yakni CATL.
Terlebih, lanjutnya, saat ini LGES berencana untuk mengubah anggota konsorsium untuk berinvestasi di proyek ekosistem baterai di Indonesia.
"Menurut saya (prosesnya) akan lebih panjang dari yang China, itu kan pemerintah nggak bisa apa-apa. Itu kan company acts ya. Mereka juga bertanggung jawab ke pemegang saham, nggak boleh rugi," jelas Agus saat ditemui di Jakarta, Selasa (30/5/2023).
Adapun, Agus membeberkan beberapa hal yang membuat proses kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan berjalan lamban adalah karena LGES yang merupakan perusahaan publik itu memiliki peraturan yang berlapis.
Bila dibandingkan dengan CATL, China, LGES dinilai lebih lamban salah satunya adalah karena mempertimbangkan pemegang saham di perusahaan tersebut.
"Saya menyampaikan yang terkini LG itu adalah perusahaan publik ya. Kan perusahaan publik itu punya rule yang berlapis-lapis dibandingkan dengan CATL yang mungkin dan kemudian mereka membentuk konsorsium," ungkap Agus.
Selain itu, Agus mengatakan bahwa salah satu yang menghambat proses kerja sama dengan LGES adalah perombakan konsorsium internal LGES. Agus mengatakan bahwa perombakan konsorsium LGES membuat proses yang akan dihadapi kedepannya akan semakin panjang.
"Iya (perubahan) komposisi dari pemegang konsorsium. Pergantian itu kan disepakati oleh berbagai pemegang saham mereka. Kan itu saja kan makan waktu, nanti mereka akan JV (Joint Venture) lah apa lagi," tambahnya.
Sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) juga mengungkapkan rencana kerja sama dengan perusahaan asal China untuk pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV) akan lebih cepat terbangun dibandingkan dengan investor dari negara lainnya.
Seperti diketahui, setidaknya Indonesia akan bekerja sama dengan investor China dan Korea Selatan untuk membangun industri baterai kendaraan listrik di Tanah Air.
Perusahaan asal China yang akan berinvestasi di Indonesia yakni Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), cucu usaha Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL). Sementara investor asal Korea Selatan yakni LG Energy Solution (LGES).
Baik CBL maupun LGES akan bekerja sama dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk proyek sel baterai, dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dari sisi hulu pertambangan hingga pengolahan nikel.
Direktur Utama Antam Nicolas D. Kanter mengungkapkan proyek kerja sama dengan China dinilai akan lebih cepat terbangun dibandingkan dengan proyek kerja sama dengan Korea Selatan.
Dia mengatakan, pihaknya sudah memiliki referensi yang cukup, sehingga proses kerja sama dengan pihak CBL dinilai akan lebih cepat dan mudah.
"Ini saya pribadi ya melihatnya, kita sudah mempunyai reference, CBL ini. Jadi akan lebih insya Allah lebih mudah. Lebih mudahnya, oh iya ini kan begini dulu. Jadi kita ada punya reference untuk kita jadikan patokan," ungkapnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (13/4/2023).
Tak hanya itu, dia menyebut, proyek dengan China bisa lebih cepat berjalan karena pihaknya dan Hong Kong CBL telah menandatangani Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) pada 16 Januari 2023 lalu. Adapun CSPA ini terkait pengalihan 49% saham Antam di anak usaha, PT Sumberdaya Arindo (SDA) di proyek bersama dengan CBL.
Penandatanganan CSPA ini merupakan langkah awal dari realisasi pelaksanaan proyek pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia dan sejalan dengan komitmen Antam dalam mendukung pengembangan proyek tersebut.
Selain itu, dalam kerja sama ini diharapkan CBL (melalui HKCBL) dapat berkontribusi secara langsung atas aspek teknologi dan pengalaman bisnis yang dimilikinya melalui kolaborasi bersama Antam pada PT SDA, dan sekaligus menjadi mitra strategis Antam dalam pelaksanaan proyek baterai EV yang terintegrasi di Indonesia.
"Statusnya sekarang tanggal 16 Januari 2023 sudah tanda tangan CSPA, Conditional Share Purchase Agreement dan Shareholder Agreement dengan CBL. Dan kondisi yang harus dipenuhi, termasuk dengan mendapat persetujuan dari China ini insya Allah rampungkan di Oktober," jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (12/4/2023).
Dia mengatakan bahwa pihaknya saat ini dalam tahap akhir persetujuan kerja sama antara SDA dengan CBL. Dalam dua sampai tiga minggu ke depan pihaknya akan menandatangani persetujuan kerja sama.
"Sekarang kita dalam tahap akhir, dua sampai tiga minggu ini akan tandatangani SDA dengan CBL," paparnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article LG Mundur dari Proyek Baterai EV di RI? Ini Kata Bos MIND ID
