
Tragis! 2 Pabrik Pakaian Tutup, Ribuan Pekerja Korban PHK

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri padat karya Tanah Air ternyata belum berakhir. Setelah PHK besar-besaran di pabrik alas kaki (sepatu), kini ribuan pekerja juga jadi korban PHK pabrik garmen.
Tak sekedar PHK, perusahaan terkait juga dikabarkan harus menutup total pabrik karena tak bisa lagi bertahan dan melanjutkan produksi.
"Sekarang ada 3 pabrik garmen yang sedang dalam negosiasi karena perusahaan kesulitan bayar pesangon. Di Bandung, Solo, Pekalongan," kata Ketua Umum Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFi) Redma Gita Wirawasta kepada CNBC Indonesia, Selasa (30/5/2023).
"Tapi, kalau yang Bandung itu merumahkan. Kalau yang di Solo dan Pekalongan itu PHK total, artinya pabrik tutup. Jumlahnya bisa ribuan. Dan ini baru PHK yang dilaporkan, ada yang tidak dilaporkan jumlahnya juga bisa ribuan," tambahnya.
Hanya saja, Redma masih enggan mengunglap detail perusahaan yang akan PHK.
"Saya belum bisa bilang nama perusahaan karena sedang mediasi. Serikat Pekerja turun tangan langsung," katanya.
Redma mengatakan, kondisi di industri tekstil dan produk tekstil Tanah Air saat ini memang masih memprihatinkan.
"Orientasi ekspor dan dalam negeri ngos-ngosan semua, hulu ke hilir. Tidak ada tanda tren pemulihan, bahkan kondisinya memburuk dibandingkan kuartal IV-2022. Kuartal-I ini pertumbuhan parah, negatif 0,7%.," ujar Redma.
"Utilisasi sekarang itu rata-rata hanya 55%. Jadi, jangan sampai dikira pabrik-pabrik tutup karena relokasi. Kalau relokasi kapasitas akan nambah. Tapi, ini kondisinya kapasitas kita berkurang," tulas Redma.
Gelombang PHK di industri TPT dan alas kaki nasional telah berlangsung sejak kuartal akhir tahun 2022. Menyusul perlambatan ekonomi di pasar tujuan ekspor seperti AS dan Eropa, hingga memicu penundaan dan pengurangan order.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngeri! Gelombang PHK Masih Terus Terjadi di Industri Tekstil