KADIN Ungkap Jurus Selamatkan Generasi Muda di Industri 4.0

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
27 May 2023 20:20
Kadin Indonesia
Foto: Dok Kadin Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia- Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Arsjad Rasjid menyebut generasi muda Indonesia berisiko tidak mendapatkan atau bahkan kehilangan pekerjaan akibat digitalisasi dan transisi ekonomi hijau. Hal ini terjadi apabila kurikulum pendidikan vokasi tidak sejalan dengan kebutuhan industri baru dan terbarukan sebagai industri masa depan.

"Jika tidak sejalan, pengangguran bisa kembali tercipta. Untuk itu pihak industri harus selalu bekerja sama dengan pemerintah menciptakan sistem pendidikan vokasi yang modern, terintegrasi, dan sesuai kebutuhan industri masa depan," tegas Arsjad dikutip dari siaran pers, Sabtu (27/5/2023).

Dia menambahkan, bahwa Bank Dunia juga menyatakan kecemasan serupa melalui laporan berjudul World Development Report 2019: The Changing Nature of Work. Salah satu aspek utama dalam laporan tersebut adalah tantangan terbesar untuk membekali generasi masa depan dengan keterampilan yang diperlukan di masa mendatang.

Arsjad juga menyebut resesi dan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di perusahaan teknologi global dan regional menimbulkan kekhawatiran mengenai prospek pekerjaan di bidang teknologi. Namun, ia menegaskan permintaan terhadap keterampilan digital tetap tinggi.

"Hal ini didukung oleh data Kementerian Ketenagakerjaan yang memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja di sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan terus meningkat hingga mencapai 1.979.418 orang pada 2025," kata dia.

Selain itu, komitmen untuk mencapai net zero emission pada 2060 atau lebih cepat turut menciptakan peluang bagi industri hijau yang memerlukan tenaga kerja dengan keterampilan relevan.

"Setidaknya ada 65 perusahaan yang berkomitmen menuju net zero emission di bawah payung Kadin Net Zero Hub. Bayangkan 65 perusahaan dengan kemampuan mempekerjakan lebih dari 20 ribu karyawan. Maka kita dapat melihat kebutuhan pasar lapangan kerja di bidang ekonomi hijau sangatlah tinggi," tekan Arsjad.

Ditambah lagi, lanjutnya, Badan Energi Internasional juga memperkirakan 14 juta pekerjaan di dunia akan diciptakan oleh ekonomi hijau pada 2030.

"Perusahaan akan semakin selektif dalam memilih kandidat, dengan kondisi perekonomian saat ini. Sehingga kita harus memastikan bahwa generasi muda tidak hanya memiliki keterampilan digital namun juga berorientasi pada keberlanjutan," ujar dia.

Untuk itu, dia mendorong pemerintah mereformasi pendidikan vokasi dan meningkatkan kerja sama dengan sektor usaha dalam mengatasi ketidakseimbangan antara kualifikasi dengan keterampilan dan kebutuhan industri. Menurut Arsjad, upaya ini harus mencakup pengembangan payung hukum agar pendidikan vokasi dapat berjalan dan kolaborasi antara industri serta lembaga pendidikan menjadi lebih efektif.

"Payung hukum ini akan menciptakan landasan kokoh bagi sistem pendidikan vokasi yang mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai dengan kebutuhan industri, ungkapnya.

Selain itu, Arsjad menekankan perlunya penyusunan kurikulum pendidikan vokasi berbasis kebutuhan industri, terutama dalam bidang teknologi digital dan ekonomi hijau. Dengan kurikulum yang sejalan dengan kebutuhan industri, lulusan pendidikan vokasi akan memiliki keterampilan relevan untuk menghadapi tantangan dunia kerja.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan vokasi, kata dia, Kadin Indonesia menyoroti pentingnya kualitas pendidik melalui pelatihan intensif, seperti program "training for trainer". Melalui pendekatan ini, pendidik memiliki pemahaman lebih baik mengenai kebutuhan industri dan keterampilan yang harus diajarkan kepada siswa.

"Sehingga dapat menghasilkan lulusan yang siap memasuki dunia kerja dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri," pungkas Arsjad. 


(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengusaha Blak-blakan Biang Kerok PHK Industri Padat Karya RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular