
Vietnam 'Sunat' Ekspor Beras, Bulog Beri Respons Tak Terduga

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu negara pemasok beras Indonesia, Vietnam berencana akan memangkas kuota ekspor beras menjadi 4 juta ton per tahun pada tahun 2030. Untuk diketahui, Vietnam merupakan pengekspor beras terbesar ketiga di dunia, setelah India dan Thailand.
Tahun 2022 lalu, Vietnam mengekspor 7,1 juta ton beras. Salah satu pembeli beras Vietnam adalah Indonesia, meski bukan jadi importir terbesar. Di mana, BPS mencatat, pada Januari 2023, impor beras RI dari Vietnam mencapai 78,79 juta kilogram atau naik 31.418,9% secara tahunan.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan, impor hanyalah salah satu alternatif sumber untuk memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP). Seperti diketahui, Bulog sejak awal tahun 2022 lalu tengah menjalankan penugasan impor beras untuk menambah stok pemerintah (CBP). Salah satu asal impor adalah Vietnam.
"Impor hanyalah salah satu alternatif sumber untuk memenuhi CBP. Sumber utama CBP tetap produksi beras dalam negeri, yang sampai saat ini Bulog tetap melakukan penyerapan," kata Iqbal kepada CNBC Indonesia, Senin (29/5/2023).
Iqbal mengatakan, selain Vietnam masih ada beberapa negara lain yang bisa menjadi alternatif asal impor beras, yakni seperti Thailand, India, dan Pakistan.
Sementara itu, Pengamat Pertanian, Vietnam sama halnya seperti di Indonesia, negara-negara produsen dan eksportir beras dunia akan menghadapi persoalan cuaca dan iklim yang buruk dan tidak mudah untuk diantisipasi. Oleh sebab itu, langkah Vietnam itu sebagai bagian untuk memastikan pemenuhan kebutuhan domestiknya terlebih dahulu, baru dilakukan ekspor.
"Sama seperti di sini, negara-negara produsen dan eksportir beras dunia kan menghadapi soal cuaca dan iklim yang buruk dan nggak mudah diantisipasi. Langkah Vietnam itu sebagai bagian memastikan pemenuhan kebutuhan domestik, baru ekspor," terangnya.
Di sisi lain, dia menambahkan, rencana Vietnam itu masih akan diterapkan tahun 2030. Dalam prosesnya, kata dia, ada banyak faktor yang akan mempengaruhi kebijakan, termasuk keputusan Vietnam tersebut.
"(Rencana tersebut) baru mau dilakukan 2030, masih lama. Dalam perjalanan ke 2030 bisa saja berubah kebijakan. Dinamika dan geopolitik pangan amat dinamis," cetus Khudori.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bocah 'Nyemplung' ke Lubang 35 Meter Bikin Heboh Satu Negara