Rusia di Ambang Perang Saudara, Militer Anti Putin Bangkit
Jakarta, CNBC Indonesia - Wilayah Belgorod, Rusia, belum lama ini mendapatkan serangan. Kremlin pun menuduh Kyiev dalang di balik serangan tersebut, mengingat wilayah ini cukup dekat dengan Ukraina yang sedang berperang dengan Moskow.
Namun, muncul kelompok-kelompok paramiliter baru yang mengaku sebagai dalang di belakang aksi itu. Mereka mengklaim merupakan kubu partisan yang anti terhadap rezim Presiden Vladimir Putin.
Sekitar 10 pejuang dari kelompok bernama Legiun Kebebasan Rusia dan 30 lainnya dari Korps Sukarelawan Rusia menyebar di lapangan pada Rabu untuk acara pers yang juga berfungsi sebagai putaran kemenangan setelah serangan di Belgorod.
Dari acara tersebut, seorang bernama Maximillian Andronnikov memproklamasikan diri sebagai komandan Legiun Kebebasan Rusia. Di bawah nama panggilan Caesar, ia diketahui menjabat sebagai juru bicara media untuk grup tersebut.
"Kami orang Rusia sama seperti Anda. Kami adalah orang-orang seperti Anda. Kami ingin anak-anak kami tumbuh dengan damai dan menjadi orang bebas sehingga mereka dapat bepergian, belajar, dan bahagia di negara bebas. Tapi hal ini tidak memiliki tempat di Rusia Putin modern, yang busuk terus menerus karena korupsi, kebohongan, penyensoran, pembatasan kebebasan dan represi," katanya yang kemudian diunggah secara online, dikutip The Guardian, Minggu, (28/5/2023).
Dengan serangan ke Rusia Selatan minggu ini, sorotan ke Legiun Kebebasan Rusia dan Korps Sukarelawan Rusia terus memuncak. Sejumlah gerilyawan kelompok tersebut adalah veteran kelompok anti-Kremlin.
Andronnikov sebelumnya adalah anggota Gerakan Kekaisaran Rusia (RIM), kelompok ultranasionalis yang secara terbuka menentang Vladimir Putin tetapi juga menerjunkan pejuang pro-Rusia dalam perang di Ukraina sejak 2014. Seorang anggota RIM yang mengenal Andronnikov mengatakan bahwa ia keluar dari grup tersebut sebelum perang di Ukraina dimulai pada tahun 2014.
Andronnikov, yang lahir di Sochi dan kemudian tinggal di St. Petersburg, juga dipanggil sebagai saksi dalam kasus tahun 2012 tentang dugaan kudeta militer yang direncanakan oleh beberapa pria di kota Ekaterinburg, Ural. Andronnikov, yang saat itu adalah kepala klub patriotik-militer St Petersburg, tidak didakwa.
Plot itu terkait dengan Vladimir Kvachkov, seorang pensiunan kolonel dan garis keras. Dia dipenjara setelah anggota kelompoknya, Front Rakyat untuk Pembebasan Rusia, dituduh berlatih dengan busur dalam rencana untuk menggulingkan pemerintah.
Andronnikov bekerja sebagai pelatih panahan pada 2022 ketika serangan skala besar dimulai dan dengan cepat berangkat ke Ukraina. Dia bertempur di pihak Kyiv sejak itu dan mengatakan awal tahun ini bahwa tujuan utamanya adalah menyingkirkan Putin dari kekuasaan.
Sebelum serangan ini, ia mengatakan telah bertempur di dekat kota Bakhmut, yang merupakan medan perang terberat baik bagi Rusia dan Ukraina.
"Saya orang Rusia yang baik, dan di sisi lain adalah orang Rusia yang buruk. Dan saya membunuh mereka setiap hari," katanya dalam wawancara lain awal tahun ini.
Milisi juga termasuk anggota dinas keamanan Rusia yang membelot. Ilya Bogdanov, mantan perwira FSB, meninggalkan Rusia ke Ukraina pada 2014. Video yang diterbitkan dari minggu ini menunjukkan Bogdanov membajak kendaraan pengangkut personel lapis baja BTR-82A Rusia selama pertempuran.
Para pejabat Ukraina telah menyangkal adanya hubungan dengan kelompok ini. Mereka mengklaim kelompok itu adalah murni warga Rusia, meski menyebut kelompok ini juga melindungi warga Ukraina.
"Mereka menciptakan 'zona keamanan' untuk melindungi warga sipil Ukraina," ujar Juru bicara badan intelijen militer Ukraina.
(fsd/fsd)