Internasional

AS Menuju 'Kebangkrutan', Apa Kabar Negosiasi Biden-McCarthy?

luc, CNBC Indonesia
26 May 2023 06:26
WASHINGTON, DC - MAY 22: U.S. President Joe Biden meets with House Speaker Kevin McCarthy (R-CA) in the Oval Office of the White House on May 22, 2023 in Washington, DC. Biden and McCarthy were meeting to discuss raising the debt limit in an effort to avoid a default by the federal government.   Drew Angerer/Getty Images/AFP (Photo by Drew Angerer / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)
Foto: Getty Images via AFP/DREW ANGERER

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy hampir mencapai kesepakatan untuk memotong pengeluaran dan menaikkan batas utang pemerintah dari senilai US$ 31,4 triliun, dengan sedikit waktu luang untuk mencegah risiko gagal bayar.

Menurut sumber yang mengetahui rencana tersebut, kesepakatan itu akan menentukan jumlah total yang dapat dibelanjakan pemerintah untuk program diskresioner seperti perumahan dan pendidikan, tetapi tidak membaginya ke dalam kategori individu.

Menurut sumber lain, kesepakatan kedua belah pihak hanya berselisih US$ 70 miliar dengan jumlah total lebih dari US$ 1 triliun, menurut sumber lain.

Adapun, kedua belah pihak bertemu secara virtual pada Kamis (25/5/2023). Biden mengatakan mereka masih tidak setuju di mana pemotongan harus dilakukan.

"Saya tidak percaya seluruh beban harus jatuh kembali ke kelas menengah dan kelas pekerja Amerika," katanya, dilansir Reuters.

Tidak jelas persis berapa banyak waktu yang tersisa Kongres untuk bertindak. Departemen Keuangan memperingatkan bahwa mereka tidak dapat menutup semua kewajibannya segera setelah 1 Juni.

Namun, mereka mengatakan akan menjual utang senilai US$ 119 miliar yang akan jatuh tempo pada tanggal tersebut.

"Mereka telah menyarankan di masa lalu bahwa mereka tidak akan mengumumkan lelang yang mereka yakini tidak memiliki sarana untuk menyelesaikannya," tutur Gennadiy Goldberg, ahli strategi suku bunga senior di TD Securities di New York. "Jadi saya pikir itu catatan positif."

Yang jelas, kesepakatan apapun harus melewati Dewan Perwakilan Rakyat yang dikendalikan oleh Republik dan Senat yang dikendalikan oleh Demokrat. Hal itu bisa jadi rumit, karena beberapa Republikan sayap kanan dan banyak Demokrat liberal mengatakan bahwa mereka kecewa dengan prospek kompromi.

"Saya tidak berpikir semua orang akan senang pada akhirnya. Itu bukan cara kerja sistem," kata McCarthy.

Sebelumnya, Biden telah menolak proposal Partai Republik untuk memperketat persyaratan kerja untuk program antikemiskinan dan melonggarkan aturan pengeboran minyak dan gas.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Utang AS 'Jebol'! Negeri Paman Sam Terancam Gagal Bayar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular