
Harga Bawang Putih Lompat, Satgas Pangan Polri Investigasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga bawang putih kerap kali mengalami lonjakan. Padahal bawang putih merupakan salah satu komoditas penting bagi masyarakat Indonesia.
Meski komoditas penting, pasokan bawang putih mayoritas dipenuhi dari luar negeri atau impor. Tahun ini saja, pemerintah mengalokasikan impor bawang putih 588.000 ton atau naik dibandingkan tahun lalu 574.000 ton. Adapun negara pemasok terbesar bawang putih ke Indonesia adalah China.
Panel harga badan pangan mencatat, harga bawang putih hari ini, Kamis (25/5/2023) naik Rp 4.500 ke Rp 36.170 per kilogram. Harga tersebut adalah rata-rata nasional di tingkat pedagang eceran.
Lompatnya harga bawang putih membuat Satgas Pangan Polri turun tangan. Untuk saat ini dugaan kenaikan harga bawang putih disebabkan karena tingginya biaya transportasi.
"Kenapa BBM-nya? BBM (subsidi) sudah tepat tapi ada penyimpangan, ada yang lari ke pengusaha tambang, ke perkebunan, sehingga di SPBU yang seharusnya untuk transportir, tapi karena langka dan harga naik otomatis cost transportasi naik dan ini mempengaruhi HPP, dan harga produksi jadi meningkat," katanya dalam FGD bersama Pusbarindo di Jakarta, Kamis (25/5/2023).
![]() Bawang Putih (CNBC Indonesia/Tri Susilo) |
Selain transportasi darat, Helfi menyebut transportasi laut juga berpengaruh lantaran adanya kendala cuaca yang sangat mengganggu jalur pendistribusian. Hal ini juga menurutnya banyak dikeluhkan oleh para pelaku usaha di wilayah timur.
"Produsen distribusi dari pusat kota ke Jayapura untuk distribusi ke daerah-daerah wilayahnya sangat sulit sehingga market naik 3 kali lipat sampai 4 kali lipat di sana. Ini jadi kendala juga dan dua faktor ini sangat berpengaruh pada harga," terangnya.
Helfi tak menampik bahwa secara umum penyebab dari naiknya harga bawang putih adalah hukum ekonomi supply dan demand, di mana penawaran dan permintaan tidak berbanding lurus dengan kondisi ketersediaan yang ada. Artinya, ketika suplai itu kurang, maka harga cenderung meningkat lantaran demand nya yang juga tinggi. Begitu pun sebaliknya, ketika suplai berlimpah dan permintaan menurun, maka harga juga akan mengalami penurunan.
Sementara itu, Satgas Pangan Polri juga menduga ada indikasi praktik penimbunan saat distribusi bawang putih sedang berjalan.
"Barang itu harusnya didistribusikan ke end user atau ke konsumen, ke distributor atau pedagang tapi malah ditimbun. Sehingga barang disatu tempat langka, karena langka barang naik," lanjut Helfi.
Untuk itu, Helfi mengharapkan seluruh pemangku kepentingan harus berkolaborasi dalam menekan mahalnya harga bawang putih. Sementara pihak satgas pangan, sudah bekerja keras untuk mengawasi di semua titik pendistribusian, mulai dari pengusaha, distributor, hingga konsumen.
"Impor yang dibutuhkan Indonesia bukan sedikit, ratusan ribu ton, beras jutaan ton. Sehingga ini titik kerawanan yang harus diawasi bukan hanya saya tapi juga KPPU dari hulu dan hilir. Bawang putih kebutuhan kita cukup besar sedangkan produksi kita hanya 5%, sisanya impor," pungkas Helfi.
(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siapa yang Tanggung Jawab Bikin Harga Bawang Putih Meledak?
