Tak Ada Durian Runtuh, Sri Mulyani Was-was Pajak RI Cekak!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
22 May 2023 19:40
RI Ketiban Durian Runtuh di KTT G20 Bali, Nih Rinciannya!
Foto: Infografis/ RI Ketiban Durian Runtuh di KTT G20 Bali, Nih Rinciannya!/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai prospek penerimaan pajak yang diwarnai dengan kewaspadaan sejalan dengan volatilitas ekonomi global dan normalisasi basis penerimaan.

Indonesia sebagai salah satu negara pemasok komoditas sumber daya alam terbesar seperti batubara, nikel, kelapa sawit, dan sebagainya membuat penerimaan negara, terutama Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), bergantung dari ekspor komoditas.

Berdasarkan data BPS, ekspor Indonesia pada Januari-April 2023 mencapai US$ 86,4 miliar atau turun 7,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meskipun turun, Sri Mulyani menyebut bahwa penurunan volume ekspor Indonesia tetap baik, bahkan tumbuh positif.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi ke depan, Sri Mulyani bilang komoditas energi dan pangan akan melanjutkan tren penurunan harga.

"Terlihat dari penerimaan ekspor kita dari mulai gas, batu bara, minyak bumi, brent CPO, wheat atau gandum, soybean, jagung semua koreksi trennya. Penurunan terbesar harga CPO sampai 60% dan natural gas yang menurun 34%, dan minyak rata-rata turun 9,34%," jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita Edisi April 2023, Senin (22/5/2023).

Penurunan harga komoditas itu, tak pelak akan mempengaruhi penerimaan pajak ke depannya. Sri Mulyani pun mulai waspada dengan situasi tersebut.

"Ke depannya, penerimaan pajak diwarnai kewaspadaan sejalan dengan volatilitas ekonomi global dan normalisasi basis penerimaan," jelas Sri Mulyani lagi.

Kendati demikian, Sri Mulyani meyakini optimisme tetap ada mengingat aktivitas ekonomi domestik yang terus meningkat dan optimalisasi implementasi Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).

Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo. Dia menjelaskan, penerimaan pajak yang diperkirakan akan melambat hingga 2024 terkait adanya kondisi perekonomian dan harga komoditas yang berlaku pada periode tertentu.

"Di samping itu, penerimaan pajak juga ditentukan aktivitas kita mulai dari perluasan pelayanan, penegakkan hukum secara konsisten. Dalam kondisi apapun kita melakukan pelayanannya untuk compliance wajib pajak melihat respon ekonomi tahun berjalan terhadap penerimaan pajak yang kami ikuti," jelas Suryo Utomo pada kesempatan yang sama.

"Kami tidak semua lakukan bersamaan, kami prioritaskan berdasarkan risk management di setiap kesempatan, kami selalu kumpulkan data dan informasi dari implementasi komite kepatuhan yang kita mulai 2023 ini," kata Suryo lagi.

Penurunan pajak akibat turunnya harga komoditas dunia juga tercermin dari pertumbuhan PNBP yang mulai melambat hingga April 2023, yang mencapai Rp 217,8 triliun. Atau hanya tumbuh 22,8% dibandingkan dengan realisasi April 2022.

Pertumbuhan realisasi PNBP hingga April 2023 yang tumbuh 22,8% tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan realisasi PNBP April 2022 dibandingkan periode April 2021, yang mencapai 35%.

Kendati demikian, Sri Mulyani menyebut realisasi PNBP hingga 30 April 2023 yang sebesar Rp 217,8 triliun tersebut sudah mencapai 22,8% dari target APBN 2023.

"Dari sisi komponennya untuk komponen PNBP Migas terkontraksi 17,3% (dibandingkan April 2022) karena harga minyak yang turun," jelas Sri Mulyani.

Sementara dari pendapatan SDA Non Migas hingga 30 April 2023 mencapai Rp 57,6 triliun atau tumbuh 130,7% dibandingkan periode yangs ama tahun lalu. Tingginya pertumbuhan PNBP SDA Non Migas tersebut, kata Sri Mulyani sejalan adanya PP 26 Tahun 2022 dari harga batubara yang cukup tinggi.

Adapun, dividen BUMN di sektor perbankan, hingga 30 April 2023 telah mencapai Rp 40,4 triliun atau tumbuh 62,7% dibandingkan April 2022.

Sedangkan realisasi PNBP lainnya mencapai Rp 56,9 triliun atau turun 1,2% dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu. "Kontraksi terutama dari kementerian/lembaga yang memang memiliki sumber PNBP besar seperti Kepolisian, Menkumham, dan lain-lain," ujar Sri Mulyani.

Kemudian, pendapatan BLU hingga 30 April 2023 mencapai Rp 21,5 triliun atau tumbuh 6,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini sejalan dengan meningkatnya pendapatan dari jasa layanan BLU rumah sakit, BLU pendidikan dan pendapatan pengelolaan dana BLU.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular