Yuan Gantikan Dolar Jadi Raja Dunia, Apa Mungkin?
Jakarta, CNBC Indonesia - Posisi mata uang China yuan atau renminbi dalam menggantikan dolar Amerika Serikat (AS) masih membutuhkan waktu panjang. Seperti diketahui, banyak negara di dunia mulai mengalakkan dedolarisasi.
Adapun, salah satu mata uang yang berambisi mengantikan dolar adalah yuan atau renminbi. Menteri Keuangan (periode 2013-2014) Muhammad Chatib Basri mengungkapkan bahwa peran dari mata uang China yakni renminbi alias yuan dalam menggantikan peran dolar AS bisa terjadi dalam waktu yang jangka panjang.
"Apakah dedolarisasi akan terjadi? Menurut saya peran dari mata uang Renminbi secara gradual memang akan meningkat, namun dibutuhkan waktu yang amat panjang untuk menggantikan US Dollar," jelas Chatib dalam akun instagramnya @chatibbasri, dikutip Senin (22/5/2023).
Menurut Chatib ada tiga alasan, mengapa peran yuan untuk menggantikan dolar AS dibutuhkan waktu yang sangat panjang.
Pertama, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ekonom Barry Eichengreen dari Universitas California Berkeley, menunjukkan bahwa likuiditas renminbi saat ini masih sangat kecil.
Sementara untuk isu Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT), masih didominasi oleh dolar AS dan Euro yang masing-masing 40%. Di sisi lain, peran dari China dalam global aset baru sekitar 4%.
"Akibat based yang kecil ini, jika China kemudian negara-negara ingin berubah dari US Dollar ke renminbi, maka akan timbul transaction cost karena tidak semua partnernya menggunakan (Renminbi)," jelas Chatib.
Kedua, jika Renminbi ingin dipergunakan di semua negara, maka China harus melakukan capital account liberalisation. "Tanpa itu, Renminbi tidak fully convertable," tuturnya lagi.
Ketiga, mantan kepala BKPM ini melihat yang sering menjadi perdebatan adalah apa yang disebut sebagai triffin dilemma. Dilema Triffin atau paradoks Triffin adalah konflik kepentingan ekonomi yang muncul antara target domestik jangka pendek dan target internasional jangka panjang bagi negara-negara yang mata uangnya berperan sebagai mata uang cadangan global.
Dilema ini pertama kali diidentifikasi tahun 1960-an oleh ekonom Belgia-Amerika Serikat Robert Triffin.
Triffin menunjukkan bahwa negara yang mata uangnya ingin dipegang negara lain harus mau memasok mata uangnya untuk memenuhi permintaan cadangan valuta asing negara lain. Pasokan berlebih ini memicu defisit perdagangan
"Jika mata uang China diinginkan beredar di negara lain maka China harus menjalankan current account deficit, apakah China bersedia melakukan?," kata Chatib mengakhiri penjelasan.
Dolar AS menyumbang 58,36% dari cadangan devisa global pada kuartal keempat tahun lalu, menurut data dari Komposisi Mata Uang Cadangan Devisa (COFER) IMF. Relatif, euro berada jauh di urutan kedua, menyumbang sekitar 20,5% dari cadangan devisa global sementara yuan Tiongkok hanya menyumbang 2,7% pada periode yang sama.
Patut diketahui, China adalah salah satu pemain paling aktif dalam upaya dedolarisasi ini, mengingat posisinya yang dominan dalam perdagangan global saat ini dan sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia.
Berdasarkan perhitungan CNBC atas data IMF tentang arah perdagangan 2022, China daratan adalah mitra dagang terbesar bagi 61 negara ketika menggabungkan impor dan ekspor. Sebagai perbandingan, AS adalah mitra dagang terbesar bagi 30 negara.
"Karena ekonomi China mungkin terus meningkat, itu berarti akan memberikan pengaruh yang lebih besar di lembaga keuangan global dan perdagangan, dan lainnya," kata Cedric Chehab dari Fitch Solutions, dikutip dari CNBC Internasional, Senin (22/5/2023).
Tetapi China bukan satu-satunya negara yang menyerukan pergeseran dari dolar AS. Presiden Brasil Lula saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Beijing pada bulan April lalu ternyata telah menyerukan pengurangan ketergantungan pada dolar AS untuk perdagangan global.
Tidak hanya China dan Brasil, Indonesia pun menjadi negara yang perlahan meninggalkan dolar AS. Hal ini dipaparkan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.
Perry menjelaskan, transaksi dengan negara mitra dagang dan investasi menggunakan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT) merupakan salah satu upaya Indonesia dalam melakukan dedolarisasi.
"Indonesia kan sudah mulai menggagas diversifikasi penggunaan mata uang, yaitu dalam bentuk LCT itu adalah yang kita sebut diversifikasi," jelas Perry
"Nah ini kata dasarnya dedolarisasi, artinya menggunakan mata uang selain dolar kan," ujarnya lagi. Bahkan, Perry menegaskan negara-negara anggota ASEAN sudah menyepakati untuk melakukan kerjasama pembayaran lintas batas atau cross border payment.
(haa/haa)