
Potret Israel Terancam Rusuh, Hubungan dengan Palestina Panas
Kerusuhan baru terancam pecah di Israel usai ribuan nasionalis meneriakkan slogan-slogan rasis di hari perayaan tahunan bagi orang Israel.

Kerusuhan baru terancam pecah di Israel setelah ribuan nasionalis meneriakkan slogan-slogan rasis saat berparade melalui Kota Tua Yerusalem pada hari perayaan tahunan bagi orang Israel. Hal tersebut menjadi salah satu penghinaan bagi warga Palestina yang hidup di bawah pendudukan. (Amir Levy/Getty Images)

Para pengunjuk rasa, sebagian besar remaja laki-laki dan pemuda Ortodoks, merayakan penaklukan Israel atas Yerusalem Timur pada 1967. Massa mengibarkan bendera biru dan putih Israel dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Matilah orang Arab" dan "Kami akan membakar desamu". (Mostafa Alkharouf/Anadolu Agency via Getty Images)

Pihak berwenang melarang warga Palestina melewati sebagian besar gerbang ke Kota Tua. (Amir Levy/Getty Images)

Sekelompok demonstran juga melemparkan batu dan botol ke anggota pers yang meliput acara tersebut, melukai tiga jurnalis, termasuk seorang reporter Palestina untuk Haaretz, yang dipukul di leher. Polisi mengatakan mereka telah menangkap dua orang dan menggambarkan serangan itu sebagai "insiden terpisah". (Saeed Qaq/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)

Ibrahim Hamad (28) seorang jurnalis lepas Palestina yang meliput acara di Gerbang Damaskus, mengatakan serangan itu tidak beralasan. (Photo by Mostafa Alkharouf/Anadolu Agency via Getty Images)

Pemimpin komunitas Palestina Fakhri Abu Diab berada di luar masjid Al-Aqsa memberikan wawancara telepon dengan kantor berita Ynet Israel ketika empat petugas polisi mendekatinya. Seseorang mengambil teleponnya dan melemparkannya ke tanah, memecahkannya, katanya. (Saeed Qaq/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)

Dia kemudian dipaksa keluar dari kompleks masjid, ditahan di sudut jalan selama satu setengah jam, dan disuruh tidak kembali ke Kota Tua. (Saeed Qaq/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)

Adapun Israel dianggap secara ilegal mencaplok Yerusalem Timur setelah perang 1967 dan menganggapnya sebagai bagian dari "ibu kota abadi yang tak terbagi". Warga Palestina memandang Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan mereka. (Mostafa Alkharouf/Anadolu Agency via Getty Images)

Pawai bendera mencerminkan ideologi sayap kanan yang dianut oleh menteri-menteri utama pemerintah, termasuk menteri keamanan nasional ekstremis anti-Arab, Itamar Ben-Gvir, yang bergabung dengan pawai. (HAZEM BADER/AFP via Getty Images)

Bahkan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir ikut turun dalam aksi tersebut. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut acara itu sebagai "hari yang indah untuk merayakan kembalinya kita ke ibu kota abadi kita". Namun, Abu Diab menyebut Hari Yerusalem "hari yang buruk, hari mereka menyibukkan kita. Ini adalah malapetaka bagi kami." (Amir Levy/Getty Images)