Internasional

Gawat! AS Makin Kritis, Kamala Harris Warning Resesi

sef, CNBC Indonesia
Jumat, 19/05/2023 07:40 WIB
Foto: AP/Evelyn Hockstein

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman resesi kembali muncul di Amerika Serikat (AS). Hal ini bahkan ditegaskan Wakil Presiden Kamala Harris.

Ia mengatakan gagal bayar (default) akan melemparkan ekonomi Amerika ke dalam resesi. Pagu utang AS telah melewati batas US$31,3 triliun dan saat ini pemerintah federal menggunakan dana darurat meski tanggal 1 Juni, budget itu diperkirakan akan habis.

"Kegagalan utang bisa memicu resesi," tegas Harris dalam sebuah audiensi dikutip Reuters, Jumat (19/5/2023).


Ia mengatakan pemerintah terus berjuang membalikan keadaan. Saat ini pembahasan dengan Kongres AS, terutama DPR yang dikuasai oposisi Republik terus dilakukan walau masih mandek.

"Tim negosiasi pemerintah berjuang melawan upaya ekstrem untuk membalikkan kemajuan yang telah kita buat," tegasnya.

Diketahui, pasca dikuasai Republik dalam pemilihan selam awal tahun, DPR AS, telah menolak memberikan suara untuk menaikkan plafon. Kecuali, Presiden Joe Biden dan Demokratnya setuju untuk memotong anggaran federal.

Mengutip CNN International, memang sejumlah dampak akan terjadi jika AS default. Mulai dari mandeknya pembayaran jaminan sosial, rata-rata US$ 1.827 (Rp 26,8 juta) hingga tunjangan 2 juta pegawai federal dan 1,4 veteran (anggota militer tidak aktif) senilai miliaran dolar.

Ini juga akan berdampak ke biaya pinjaman. Jika terjadi default, imbal hasil Treasury AS pasti akan naik untuk mengkompensasi peningkatan risiko bahwa pemegang obligasi tidak akan menerima uang yang mereka pinjam dari pemerintah.

Karena suku bunga pinjaman, kartu kredit, dan hipotek sering didasarkan pada hasil Treasury, biaya pinjaman uang dan pelunasan utang akan meningkat. Jumlahnya di atas peningkatan biaya yang sudah dihadapi orang Amerika dari kenaikan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve, Fed.

Keluarga dan bisnis juga akan lebih sulit mendapatkan persetujuan untuk jalur kredit karena bank harus lebih selektif dalam meminjamkan uang. Itu karena biaya pinjaman uang mereka juga akan meningkat, yang membatasi jumlah uang yang dapat mereka pinjamkan.

Belum lagi munculnya pengangguran. Gagal bayar utang dapat memicu penurunan ekonomi, yang akan mendorong lonjakan pengangguran, terutama saat AS sudah sudah berurusan dengan kenaikan suku bunga dan inflasi yang sangat tinggi.

Menurut Moody's, tingkat pengangguran akan melonjak menjadi sekitar 5%. Sementara ekonomi akan berkontraksi hampir setengah persen.

Sementara itu, Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Lael Brainard mengatakan tim negosiasi telah diinstruksikan untuk tidak menyetujui proposal apa pun dari Partai Republik "tentang pencabutan utang yang akan mengurangi batas atas atau mendorong mereka ke dalam kemiskinan". Brainard mengatakan tujuan pemerintahan Biden, dalam pembicaraannya dengan tim Ketua DPR Kevin McCarthy, adalah bekerja menuju kesepakatan anggaran bipartisan yang masuk akal.

Sebelumnya, Biden membatalkan sejumlah perjalanan termasuk aliansi QUAD yang beranggotakan AS, Jepang, India, dan Australia. Kunjungan Biden ke Australia, dengan perhentian bersejarah ke Papua Nugini, sejatinya telah dikonfirmasi dalam beberapa minggu terakhir.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: OECD Pangkas Proyeksi Ekonomi RI - Australia Terancam Resesi