Merasa 'Diperas' Kremlin, Negara Ini Minggat dari Geng Rusia
Jakarta, CNBC Indonesia - Dinamika yang mewarnai organisasi-organisasi yang diikuti Rusia masih terus berkembang. Setelah sebelumnya Armenia mengancam akan angkat kaki dari aliansi militer CSTO, kali ini ada negara Eropa yang mulai menarik diri dari Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS).
CIS adalah organisasi regional bekas republik federal Uni Soviet. Dari 15 negara pecahan Soviet, ada 9 yang tergabung dalam aliansi itu.
Saat ini, Republik Moldova telah mengundurkan diri dari Majelis Antar-parlemen CIS. Presiden Parlemen, Igor Grosu, mengatakan keputusan ini diambil setelah berkonsultasi dengan Presiden Maia Sandu, partai PAS, dan warga Moldova.
"Setelah 30 tahun, menjadi jelas bahwa kehadiran Republik Moldova dalam struktur CIS tidak membantu kami menyingkirkan tentara Rusia dari wilayah Republik Moldova, untuk menyelesaikan konflik Transnistria," ujarnya dikutip Express, Selasa (16/5/2023).
"Berada di CIS tidak melindungi kami dari pemerasan di tengah musim dingin."
Wilayah Transnistria memisahkan diri dari Moldova dan menyatakan dirinya sebagai republik merdeka pada awal 1990-an, sebuah langkah yang ditentang Chisinau. Penduduknya yang sebagian besar berbahasa Rusia memilih langkah ini karena tidak ingin tetap menjadi minoritas di negara itu.
Sekitar 1.100 tentara Rusia ditempatkan di Transnistria sebagai penjaga perdamaian, memantau gencatan senjata tahun 1992 antara Moldova dan pasukan lokal. Diperkirakan setengah dari 500.000 penduduk Transnistria kini memiliki kewarganegaraan Rusia.
Grosu menambahkan bahwa langkah ini hanyalah tahap pertama tanpa menjelaskan tujuan akhir Moldova sebenarnya. Ia menegaskan Moldova adalah negara bebas untuk membuat keputusan berdaulat dan manuver ini menunjukkan bahwa Chisinau menginginkan demokrasi dan kebebasan.
"Dalam pertemuan kantor Parlemen berikutnya, kami akan melakukan pendekatan kepada Perdana Menteri Recean terkait penghentian Perjanjian."
Perpecahan antara Rusia dan Moldova sendiri melebar saat pasukan Moskow menyerang Ukraina. Moldova, yang merupakan tetangga Kyiv, percaya bahwa langkah militer ini dapat mengancam kedaulatannya di Transnistria.
Pekan lalu, para menteri luar negeri Uni Eropa (UE) menyetujui peluncuran misi sipil untuk membantu Moldova melawan campur tangan baru dalam lingkungan politiknya. Misi Kemitraan UE di Moldova (EUPM Moldova) akan terdiri dari penasihat sipil dan berjalan selama dua tahun.
(luc/luc)