Internasional
Bukan Ukraina, Rusia Ketahuan Mau Kacaukan Negara Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah dokumen menyebutkan bahwa Dinas Keamanan Rusia atau FSB berencana mengacaukan Moldova. Hal ini terjadi saat Moskow juga bersitegang dengan negara itu terkait salah satu wilayahnya, Transnistria.
Dokumen rahasia FSB itu terbongkar oleh konsorsium media, termasuk VSquare dan Frontstory, RISE Moldova, Expressen di Swedia, Dossier Centre for Investigative Journalism, dan media lainnya.
Mereka mengatakan dokumen itu menjabarkan niatan Kremlin untuk memanfaatkan beberapa hal seperti mendukung kelompok pro-Rusia, memanfaatkan Gereja Ortodoks dan mengancam akan memutus pasokan gas alam ke Moldova hingga 10 tahun ke depan untuk menimbulkan ketidakstabilan.
"Rencana tersebut termasuk membuat Moldova bergantung pada impor gas Rusia dan memicu konflik sosial, serta mencoba memblokir upaya Moldova untuk mendapatkan pengaruh di wilayah Transnistria yang pro-Rusia, tempat sekitar 1.500 tentara Rusia ditempatkan," tulis laporan itu yang diwartakan oleh CNN International, Jumat (17/3/2023).
Dokumen lima halaman itu juga memerinci tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Di antara tujuan langsungnya adalah dukungan untuk kekuatan politik Moldova yang mengadvokasi hubungan konstruktif dengan Rusia serta netralisasi inisiatif Republik Moldova.
"Sasaran jangka menengah termasuk menentang kebijakan ekspansionis Romania di Republik Moldova dan menentang kerja sama antara Republik Moldova dan NATO."
Dokumen FSB menjabarkan tujuan jangka panjang termasuk "penciptaan pengaruh kelompok pro-Rusia yang stabil di elit politik dan ekonomi Moldova" dan "pembentukan sikap negatif terhadap NATO."
Menanggapi laporan ini, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan tidak mengerti dengan dokumen tersebut. Ia menyebut dokumen itu palsu dan Moskow siap berteman baik dengan siapapun.
"Kami sangat menyesal bahwa kepemimpinan Moldova saat ini mengalami prasangka yang sepenuhnya tidak dapat dibenarkan dan tidak berdasar terhadap Moskow," pungkasnya.
Rusia menuduh Ukraina berencana untuk menyerang dan mengambil alih Transnistria, yang berbatasan dengan Ukraina barat daya. Kementerian pertahanan Rusia mengatakan bulan lalu bahwa Ukraina sedang mengumpulkan senjata di beberapa desa perbatasan. Moldova dan Ukraina sama-sama menolak klaim tersebut.
Bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin membatalkan dekrit tahun 2012 yang mendukung kedaulatan Moldova. Ia mengatakan langkah itu dibuat untuk memastikan kepentingan nasional Rusia sehubungan dengan perubahan besar yang terjadi dalam hubungan internasional.
Adapun, wilayah Transnistria memisahkan diri dari Moldova dan menyatakan dirinya sebagai republik merdeka pada awal 1990-an. Penduduknya yang sebagian besar berbahasa Rusia memilih langkah ini karena tidak ingin tetap menjadi minoritas di negara itu.
Sekitar 1.100 tentara Rusia ditempatkan di Transnistria sebagai penjaga perdamaian, memantau gencatan senjata tahun 1992 antara Moldova dan pasukan lokal. Diperkirakan setengah dari 500.000 penduduk Transnistria kini memiliki kewarganegaraan Rusia.
[Gambas:Video CNBC]
Rahasia Terbongkar, Elite Rusia Diam-Diam Mau Gulingkan Putin
(luc/luc)