Gamblang! Anak Buah Luhut Balas Kritikan Anies
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) angkat suara perihal pernyataan Calon Presiden (Capres) Anies Baswedan yang beberapa waktu lalu sempat mengkritik kebijakan pemerintah terkait pemberian subsidi mobil listrik.
Anies menilai, subsidi mobil listrik tidak tepat sasaran karena pemilik mobil listrik merupakan kelompok warga mampu. Selain itu, dia menilai mobil listrik menghasilkan emisi lebih tinggi dibandingkan bus berbahan bakar minyak (BBM).
Seperti diketahui, pemerintah memang mendorong percepatan penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) untuk mengurangi jumlah emisi karbon dalam rangka mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 mendatang atau lebih cepat.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengungkapan bahwa ada dua hal penting yang harus dilakukan Indonesia dalam mencapai target netral emisi karbon atau NZE pada 2060 mendatang.
Pertama adalah dengan melakukan elektrifikasi kendaraan dan kedua adalah dengan melakukan dekarbonisasi listrik. Rachmat mengatakan, kedua sisi tersebut harus dilakukan secara seimbang untuk memberikan dampak yang besar dalam mengurangi emisi karbon di Indonesia.
"Dua ini adalah dua sisi yang saling melengkapi, tapi bukan berarti kalau dilakukan satu tapi yang ini belum sempurna, ini impact-nya jadi nol. Karena ini additive, karena menambahkan," jelas Rachmat kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa (16/5/2023).
Dari elektrifikasi kendaraan, ucap Rachmat, kendaraan listrik bisa lebih efisien dalam mengubah energi listrik menjadi gerak. Dia menjelaskan bahwa kendaraan listrik merupakan kendaraan yang bisa mengubah energi dari listrik menjadi energi gerak hingga 90%.
"Kita cerita tadi mengenai kendaraan listrik, pada prinsipnya memang mesin kendaraan listrik ini mengubah listrik jadi energi gerak ini lebih efisien, bisa sampai 90%. Sementara combustion engine itu mungkin 20-30%, banyak hilang energi itu di heat atau panas dan suara," papar Rachmat.
Bicara soal sumber energi listrik yang dihasilkan, Rachmat mengungkapkan bahwa energi listrik dari energi kotor seperti batu bara bisa dilakukan transisi energi menjadi energi terbarukan.
Dengan demikian, nantinya dari kendaraan berbahan bakar minyak bisa melakukan transisi menjadi kendaraan listrik, sedangkan sumber listrik itu sendiri dilakukan transisi pula dari sumber listrik kotor yakni batu bara menjadi sumber listrik berbasis energi terbarukan.
"Jadi ini yang kita lihat memang yang menjadi satu hal lagi sumber listrik bagaimana. Tadi disampaikan kita masih banyak menggunakan PLTU batu bara. Itu sesuatu yang juga saat ini pemerintah telah berkomitmen untuk mengurangi," tandasnya.
Terkait kritikan Anies Baswedan soal subsidi mobil listrik, Rachmat menilai komentar tersebut kurang tepat untuk dilontarkan. Menurutnya, pemerintah tidak memberikan subsidi pada mobil listrik. Yang dilakukan pemerintah yaitu memberikan pajak yang lebih rendah kepada masyarakat yang ingin beralih ke mobil listrik.
"Itu juga yang ingin kami sampaikan, misalnya masukan dari Bacapres itu kan subsidi mobil ya. Yang pertama, kita sampaikan pemerintah itu tidak berikan subsidi untuk mobil, tapi kita memberikan pajak yang lebih rendah, ini semacam keberpihakan untuk teman-teman yang ingin melakukan pembelian (mobil listrik)," jelas Rachmat.
Rachmat menjelaskan bahwa tren transisi ke kendaraan listrik merupakan tren yang mendunia. Dia khawatir, jika Indonesia tidak segera mengejar tren tersebut, maka Indonesia akan tertinggal dan masyarakat Indonesia akan memperoleh kendaraan listrik justru dari produksi luar negeri secara keseluruhan.
"Sehingga dari situ sendiri menurut saya sudah kurang tepat komentarnya. Dari kita juga menyadari bahwa tren EV ini adalah tren yang mendunia. Semuanya sangat mengarah kesana dan kita punya industri otomotif yang besar. Bisa kebayang suatu ketika kita tidak ngapa-ngapain kita misal membeli begitu nanti industri terbentuk di luar negeri, terus customer kita mau, semuanya buatan luar negeri," tuturnya.
Beberapa waktu lalu, Anies melontarkan kritik mengenai subsidi mobil listrik dalam pidatonya di acara Pengukuhan Amanat Indonesia.
Awalnya, Anies menilai dalam menghadapi tantangan lingkungan hidup, khususnya polusi udara, pemberian subsidi mobil listrik bukan lah hal yang tepat. Menurutnya, pemilik mobil listrik tergolong mampu dan tidak membutuhkan subsidi.
"Solusi menghadapi tantangan lingkungan hidup, polusi udara bukan lah terletak di dalam subsidi mobil listrik yang pemilik mobil listriknya yang mereka tidak membutuhkan subsidi, betul?" tutur Anies dalam pidatonya pada acara "Deklarasi dan Pengukuhan Amanat Indonesia", Minggu (07/05/2023).
Anies menghitung, bahwa subsidi kepada mobil listrik dalam pemakaian mobil pribadi emisi karbon per kapita per kilometer lebih tinggi daripada emisi karbon bus berbahan bakar minyak.
"Emisi per kilometer per kapita untuk mobil listrik dibandingkan dengan bus berbasis BBM. Kenapa itu bisa terjadi, karena bus memuat orang banyak sementara mobil memuat orang sedikit," ungkap Anies.
Ditambah, kata Anies, ketika pengalamannya menjadi Gubernur DKI Jakarta, kendaraan pribadi berbasis listrik tidak menggantikan mobil yang ada di garasinya, maka akan menambah mobil di jalanan.
"Sehingga menambah kemacetan di jalan. Jadi yang didorong ke depan adalah demokratisasi sumber daya bahwa kita mengarahkan agar sumber daya yang dimiliki negara diberikan melalui sektor-sektor yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat banyak bukan semata-mata untuk mendapatkan perhatian dalam percakapan apalagi percakapan media sosial," tandasnya.
(wia)