Harta Karun Langka RI Dikabarkan Sudah Bisa Dijual, Serius?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Senin, 15/05/2023 18:35 WIB
Foto: Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah tengah menggenjot pengembangan 'harta karun' super langka yang dihasilkan dari proses penambangan timah yakni Logam Tanah Jarang (LTJ).

Pasalnya, "harta karun" ini memiliki banyak manfaat dan bisa digunakan sebagai bahan baku dari berbagai peralatan yang membutuhkan teknologi tinggi.

Namun, Plh Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia atau Indonesian Mining Association (IMA) Djoko Widajatno mengatakan, pengembangan LTJ di Indonesia sejauh ini masih cukup lambat. Adapun pengembangannya masih berupa pilot project yang dilakukan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan PT Timah.


Sementara, jumlah cadangan dari sisa hasil pengolahan mineral timah yakni monasit yang dapat diekstraksi menjadi LTJ baru berkisar 28.000 ton. Oleh sebab itu, diperlukan upaya ekstra untuk menarik investor yang mau melakukan kegiatan eksplorasi lebih lanjut di Tanah Air.

Namun anehnya, dia mendengar kabar bahwa Logam Tanah Jarang ini sudah dapat diperjualbelikan.

"Dengan keadaan seperti di atas ada penambang ilegal melakukan penambangan dikumpulkan oleh pemilik modal dan mengetahui pasar. Sehingga ada isu LTJ sudah dapat ditambang dan diperjualbelikan," kata Djoko kepada CNBC Indonesia, Senin (15/5/2023).

Di sisi lain, ia menyadari China saat ini menjadi negara adikuasa dalam hal pengembangan LTJ di dunia. Bahkan, mereka sudah berhasil mengembangkan komponen LTJ untuk pembangkit Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

Namun, China diketahui enggan diajak kerja sama dan lebih memilih "hanya" membeli LTJ dari Indonesia karena cadangan yang dimiliki PT Timah dinilai sangat kecil.

"Data eksplorasi tersebar di perusahaan atau Batan tapi belum dijadikan data eksplorasi resmi. Pemerintah harus mengupayakan lewat BUMN, dan kerja sama luar negeri untuk memulai eksplorasi LTJ," ujar Djoko.

Sebelumnya, PT Timah Tbk (TINS) diketahui terus berupaya untuk mengembangkan 'harta karun' super langka yang dihasilkan dari proses penambangan timah. Harta karun tersebut yakni berupa mineral logam tanah jarang (LTJ).

Sekretaris Perusahaan PT Timah Abdullah Umar Baswedan membeberkan teknologi untuk ekstraksi logam tanah jarang sejauh ini baru hanya dikuasai oleh China. Sementara negeri tirai bambu itu cukup tertutup masalah teknologi LTJ.

"Untuk memproses ini gak banyak negara yang memiliki teknologinya dan kebetulan dikuasai China. Banyak perusahaan China mau masuk tapi bukan kerja sama dia minta membeli. Dia gak mau diajak kerja sama," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (10/5/2023).

Oleh sebab itu, PT Timah akhirnya memilih mitra kerja sama dengan negara lain untuk proses pengembangan LTJ di tanah air. Meski demikian, Abdullah belum dapat membeberkan mitra yang dimaksud.

"Terus terang negaranya gak bisa kita sebut tapi ada yang sudah kerja sama proses FS untuk melihat kelayakan, kita pengen mereka buat pabrik di sini kita supply untuk bahan bakunya. Itu bagian rencana jangka panjang. Kita sudah memisahkan timah sendiri mineral lain sendiri, kita sudah pisahkan sekarang masih kita simpan sebelum ada teknologinya," kata dia.

Perlu diketahui, LTJ merupakan bahan baku untuk peralatan berteknologi canggih, mulai dari elektronik, baterai kendaraan listrik, pembangkit energi baru terbarukan, alat pertahanan hingga peralatan kendaraan tempur seperti tank, senjata, pesawat, dan lainnya. Banyaknya manfaat dari LTJ ini tak ayal bahan baku ini kini menjadi incaran dunia.

Mengutip buku "Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia" yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian ESDM 2019, logam tanah jarang (LTJ) merupakan salah satu dari mineral strategis dan termasuk "critical mineral" yang terdiri dari kumpulan dari unsur-unsur scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y).

Keterdapatan LTJ umumnya dijumpai dalam sebaran dengan jumlah yang tidak besar dan menyebar secara terbatas. Seperti halnya thulium (Tm) dan lutetium (Lu), kedua unsur ini merupakan dua unsur yang terkecil kelimpahannya di dalam kerak bumi, tetapi 200 kali lebih banyak dibandingkan kelimpahan emas (Au).

Meskipun demikian, unsur-unsur tersebut sangat sukar untuk ditambang karena konsentrasinya tidak cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Ketujuh belas unsur logam ini mempunyai banyak kemiripan sifat dan sering ditemukan bersama-sama dalam satu endapan secara geologi.

Sejumlah mineral yang mengandung LTJ seperti monasit, zirkon, dan xenotim, merupakan mineral ikutan dari mineral utama seperti timah, emas, bauksit, dan laterit nikel. Tidak hanya itu, ternyata logam tanah jarang juga berpotensi terdapat pada batu bara.

Adapun sumber daya logam tanah jarang dunia terdapat di beberapa tipe endapan. China merupakan penghasil LTJ terbesar di dunia. Pasalnya, China memiliki endapan LTJ dalam bentuk primer berupa produk sampingan dari tambang bijih besi, dan sekunder berupa endapan aluvial dan endapan lateritik.


(wia/wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil Ingatkan Indonesia Jangan Kena Kutukan Sumber Daya Alam