Kajian Awal Tuntas, RI Temukan 'Harta Karun Super Langka'
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia melalui perusahaan BUMN yakni PT Timah Tbk (TINS) sudah melakukan kajian tahap awal atas keterdapatan 'harta karun' super langka berupa mineral logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth element (REE). Harta karun ini berada dalam mineral ikutan yang terkandung dalam bijih timah hasil produksi perusahaan.
Sekretaris Perusahaan PT Timah, Abdullah Umar Baswedan mengatakan pihaknya sudah menyusun roadmap untuk pengembangan industri logam tanah jarang (LTJ) di tanah air. Roadmap tersebut mulai dari kajian awal, proses pemisahan mineral, sampai dengan produk hilirisasi monasit yang diekstraksi menjadi logam tanah jarang.
"Untuk sampai tahapan ini kita utamanya pilihan teknologi dan downstreamnya seperti apa mulai dari pemisahan sampai logam kita masih mengkaji. Kalau tahap awal kajian kita sudah selesai," kata dia saat ditemui di Jakarta, Rabu (10/5/2023).
Menurut Abdullah untuk pengembangan LTJ di tanah air, PT Timah sendiri telah menggandeng partner dari luar negeri. Namun demikian, ia belum dapat membeberkan secara rinci mitra yang dimaksud.
"Untuk memproses ini gak banyak negara yang memiliki teknologinya dan kebetulan dikuasai China. Banyak perusahaan China mau masuk tapi bukan kerja sama dia minta membeli. Dia gak mau diajak kerja sama," ujarnya.
Perlu diketahui, LTJ merupakan bahan baku untuk peralatan berteknologi canggih, mulai dari elektronik, baterai kendaraan listrik, pembangkit energi baru terbarukan, alat pertahanan hingga peralatan kendaraan tempur seperti tank, senjata, pesawat, dan lainnya. Banyaknya manfaat dari LTJ ini tak ayal bahan baku ini kini menjadi incaran dunia.
Mengutip buku "Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia" yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian ESDM 2019, logam tanah jarang (LTJ) merupakan salah satu dari mineral strategis dan termasuk "critical mineral" yang terdiri dari kumpulan dari unsur-unsur scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y).
Keterdapatan LTJ umumnya dijumpai dalam sebaran dengan jumlah yang tidak besar dan menyebar secara terbatas. Seperti halnya thulium (Tm) dan lutetium (Lu), kedua unsur ini merupakan dua unsur yang terkecil kelimpahannya di dalam kerak bumi, tetapi 200 kali lebih banyak dibandingkan kelimpahan emas (Au).
Meskipun demikian, unsur-unsur tersebut sangat sukar untuk ditambang karena konsentrasinya tidak cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Ketujuh belas unsur logam ini mempunyai banyak kemiripan sifat dan sering ditemukan bersama-sama dalam satu endapan secara geologi.
Sejumlah mineral yang mengandung LTJ seperti monasit, zirkon, dan xenotim, merupakan mineral ikutan dari mineral utama seperti timah, emas, bauksit, dan laterit nikel. Tidak hanya itu, ternyata logam tanah jarang juga berpotensi terdapat pada batu bara.
Adapun sumber daya logam tanah jarang dunia terdapat di beberapa tipe endapan. China merupakan penghasil LTJ terbesar di dunia. Pasalnya, China memiliki endapan LTJ dalam bentuk primer berupa produk sampingan dari tambang bijih besi, dan sekunder berupa endapan aluvial dan endapan lateritik.
(pgr/pgr)