Terungkap! Biang Kerok Warga Ogah Beralih ke Mobil Listrik

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
10 May 2023 21:20
Foto udara menalpilkan mobil listrik Tesla yang akan dikirim terparkir di Pelabuhan Nangang, Shanghai, China. (VCG via Getty Images)
Foto: Foto udara menalpilkan mobil listrik Tesla yang akan dikirim terparkir di Pelabuhan Nangang, Shanghai, China. (VCG via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan salah satu alasan masyarakat Indonesia yang belum juga beralih dari mobil dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) ke mobil listrik (electric vehicle/ EV).

Hal itu disebutkan oleh Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah. Dia bilang, salah satu alasan dari masih kurangnya peminat mobil listrik di Indonesia adalah karena masih mahalnya harga jual kendaraan tersebut.

"Mungkin harga itu nomor satu kan orang kita itu kan ya. Baru kemudian nanti (memikirkan) ngecas di mana. Tapi kalau harga sudah tinggi, orang udah deh (tidak beli)," ujar Agus kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Rabu (10/5/2023).

Bahkan, Agus menyebutkan perbedaan harga jual antara mobil dengan bahan bakar minyak (BBM) dengan mobil listrik bisa terpaut hingga Rp 340 juta.

"Coba bayangkan sebuah kendaraan yang HRV misal Honda itu dengan Kona Hyundai harganya bisa beda Rp 340 juta," jelas Agus.

Adapun, saat ini yang juga menjadi pertimbangan masyarakat adalah keamanan dalam menggunakan kendaraan listrik. Agus menceritakan adanya kasus mobil listrik meledak, masih menjadi pertanyaan pula bagi Agus tentang kebenaran dan kapan kejadian tersebut.

"Masih ramai di media sosial, si itu meleduk disitu. Ini kita nggak tahu, itu tahun kapan, kejadian itu apakah teknologi masih seperti itu. Tapi kita ga bisa tahu, itu sebenarnya kegalauan masyarakat," ucapnya.

Selain itu, keresahan masyarakat terus berlanjut, Agus mengatakan masyarakat masih bertanya-tanya bagaimana jika baterai mobil listrik habis di tengah jalan. Kemudian, bagaimana jika baterai mobil listrik sudah mencapai masa berfungsinya.

Menjawab keresahan tersebut, Agus menyebutkan sebuah perbandingan yang mana penggunaan mobil berbahan bakar minyak juga tetap harus diisi penuh apabila hendak melakukan perjalanan jauh. Sama halnya dengan mobil listrik, lanjut Agus, sebelum melakukan perjalanan juga sebaiknya diisi daya terlebih dahulu.

"Kemudian orang berpikir, gimana nanti baterai habis saya harus gimana. Gimana kalau baterai end of life tercapai. Hal-hal seperti ini memang berperilaku berbeda dengan penggunaan bensin. Misal kita pikir pergi ke Surabaya, berapa 890 KM, kan nggak bisa menggunakan 1 tangki, habis pasti, harus isi full. Kalau kita menggunakan kendaraan bahan bakar listrik juga harus isi," jelasnya.

Sehingga, Agus mengungkapkan bahwa kesiapan masyarakat dan kesiapan industri harus terus ditata. "Ini kan kesiapan infrastruktur kita masih di awal, jadi kesiapan masyarakat untuk menerima teknologi, kesiapan infrastruktur industri masih baru menata. Ini semua adalah tahapan yang harus kita lalui," tandas Agus.

Untuk diketahui, Ongkos rata-rata mobil listrik saat ini masih terbilang cukup mahal sehingga akan membuat harga jualnya juga tinggi.

Inilah salah satu alasan Indonesia dan negara-negara lain memberikan insentif pembelian mobil listrik, selain untuk pemanis demi mempercepat transisi energi hijau guna mencapai zero emission.

Berdasarkan penelitian ResearchGate bertajuk "An Overview of Parameter and Cost for Battery Electric Vehicles", rata-rata biaya langsung pembuatan mobil listrik pada 2020 menelan biaya Euro 20.300 atau Rp328.493.807 dengan kurs Rp16.181/1 Euro. Biaya untuk baterai jadi komponen terbesar yakni sebesar Euro 8.000. Selanjutnya adalah biaya interior dan eksterior yang menelan biaya Euro 2.700 dan Euro 2.100.

Adapun biaya-biaya lain yang mencakup biaya langsung adalah biaya perakitan yakni Euro 1.500, Chassis sebesar Euro 1.300, powertrain sebesar Euro 700, biaya E-drive yakni sebesar Euro 2.000 dan lainnya senilai Euro 2.000.

Nah, biaya langsung ini ternyata hanya 43,5% dari keseluruhan biaya produsen mobil listrik sampai siap jual. Jadi diperkirakan harga jual mencapai Euro 46.667 atau Rp755.163.572 per unit.

Penelitian dari ResearchGate juga melihat adanya biaya-biaya lain seperti research and development, biaya penjualan dan administrasi, depresiasi, iklan, garansi, markup dealer, dan keuntungan. Biaya ini belum termasuk pajak.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kisah Sedih Mobil Listrik Buatan RI: Mimpi Tak Kesampaian!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular