Terbaru! AS Hengkang dari RI, Luhut Cari Pengganti ke China

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
09 May 2023 14:50
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan saat melakukan kunjungan ke Amerika Serikat untuk bertemu United States Special Presidential Envoy for Climate H.E John Kerry. (Tangkapan Layar Youtube @luhut.pandjaitan)
Foto: Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan saat melakukan kunjungan ke Amerika Serikat untuk bertemu United States Special Presidential Envoy for Climate H.E John Kerry. (Tangkapan Layar Youtube @luhut.pandjaitan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus berupaya agar program gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) dapat segera terealisasi. Hal tersebut menyusul hengkangnya perusahaan asal Amerika Serikat yakni Air Products and Chemicals, Inc dari proyek kerja sama hilirisasi batu bara dengan PTBA.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan saat ini pihaknya terus berupaya mencari pengganti Air Products dalam proyek yang digadang-gadang sebagai sumber energi alternatif pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG).

"Nanti kita akan beritahu segera (calon pengganti). Setelah saya selesai G7, akan ke China," ujar Luhut saat ditemui di Jakarta, Selasa (9/5/2023).

Seperti diketahui, Air Products and Chemicals, Inc rupanya tidak hanya keluar dari proyek kerjasama dengan PTBA dan Pertamina terkait gasifikasi batubara menjadi DME. Bahkan perusahaan juga memutuskan untuk hengkang dari proyek hilirisasi batu bara lainnya di Indonesia.

Ketua Komite Tetap Kadin Bidang Minerba, Arya Rizqi Darsono sebelumnya menyangkan Air Products mundur dari proyek kerja sama dengan PTBA terkait gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether. Mengingat, proyek ini digadang-gadang sebagai sumber energi alternatif pengganti LPG yang selama ini banyak dipenuhi dari impor.

"Mungkin ada ketidakcocokan hitung-hitungan atau keekonomian dari proyek ini seperti kita ketahui bersama harga batu bara kan sedang tinggi di atas US$ 150, mungkin memang masih belum ada angka cocok antara PTBA dengan Air Products," ujarnya dalam acara Closing Bell CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, Arya menyadari proyek hilirisasi batu bara juga membutuhkan insentif fiskal selain royalti nol persen. Misalnya seperti tax holiday atau adanya fasilitas pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Menurut Arya teknologi untuk mengimplementasikan hilirisasi batu bara di dalam negeri saat ini masih cukup banyak bergantung dengan pihak luar. Sehingga ia mengakui masalah teknologi ini menjadi tantangan tersendiri.

"Jadi mungkin teknologi masih mahal di sisi lain kita ingin menurunkan impor LPG 1 juta ton per tahun. DME untuk gantikan impor LPG tetapi balik lagi saya yakin keekonomiannya belum ketemu antara PTBA dan Air Products," kata dia.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Hengkang dari Proyek Kesayangan Jokowi, Luhut Buka Suara..

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular