Data Investasi Meroket BKPM & BPS Beda, Ini Kata Sri Mulyani

Zefanya Aprilia & Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
09 May 2023 11:52
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam Economic Outlook 2023 dengan tema
Foto: Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam Economic Outlook 2023 dengan tema

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara terkait dengan adanya perbedaan data mengenai realisasi investasi pada kuartal I-2023 yang disuguhkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Menurut Sri Mulyani, data investasi yang yang disampaikan oleh Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengenai penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) sudah tercatat, namun masih harus membutuhkan regulasi, approval dan lain-lain.

Sementara data investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi investasi secara keseluruhan, tidak hanya PMA dan PMDN.

"Kalau BPS melihat PMTB itu investasi keseluruhan, tidak hanya PMA dan PMDN. Yang PMA dan PMDN oleh Menteri Investasi (Bahlil Lahadalia) dan BKPM memang targetnya naik terus," jelas Sri Mulyani dalam konferensi KSSK kemarin, dikutip Selasa (9/5/2023).

Sri Mulyani memperkirakan, total realisasi investasi berdasarkan data BPS mencapai Rp 7.000 triliun pada kuartal I-2023 atau setara dengan 30% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Dari keseluruhan data investasi BPS yang diperkirakan mencapai Rp 7.000 triliun pada kuartal I-2023 tersebut, menurut Sri Mulyani mayoritas adalah swasta yang melakukan operasionalnya di Indonesia.

"Dari Rp 7000 triliun yang kira-kira itu mayoritas adalah swasta yang melakukan capital spending atau yang mereka confidence terhadap perekonomian, kemudian apakah issue utang atau bond, saham, raising fund, untuk membiayai investasinya," jelas Sri Mulyani.

Jika ekonomi berjalan baik, stabil seperti Indonesia, investor pun akan melakukan investasi. Sementara, jika muncul risiko global, para investor mulai hati-hati.

"PMTB kita sedikit dalam holding back, terutama dalam bentuk bangunan. dipengaruhi berbagai risiko yang berasal dari luar negeri yang dipikirkan atau diperkirakan akan mempengaruhi keputusan investasi mereka," ujar Sri Mulyani.

"Sehingga perbedaan PMTB BPS yang menyangkut seluruh investasi versus yang ada di BKPM memang cukup signifikan," kata Sri Mulyani lagi.

Kendati demikian, Sri Mulyani memastikan bahwa pemerintah terus memberikan dukungan bagi para investor yang berinvestasi di tanah air. Di antaranya dengan memperbaiki iklim investasi. Para otoritas terkait juga terus menjalankan perannya untuk menjaga stabilitas sektor keuangan di dalam negeri.

Seperti diketahui, data mengenai realisasi investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada kuartal I-2023 cukup menjadi sorotan. Karena ada perbedaan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Investasi.

BPS mengumumkan, hasil realisasi investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada kuartal I-2023 menunjukkan pertumbuhan secara tahunan (year on year/yoy) terendah sejak 2013.

Sementara, data Kementerian Investasi, pertumbuhan investasi pada kuartal I-2023 menyebut pertumbuhannya mencapai double digit.

Pada kuartal I-2023, data BPS menunjukan data PMTB atau investasi hanya tumbuh 2,11% (yoy), ini merupakan pertumbuhan terendah sejak 2013 atau sebelum pandemi Covid-19.

Adapun jika dibandingkan dengan kuartal I-2022 dan kuartal IV-2022, penurunannya cukup dalam. Pertumbuhan PMTB pada kuartal I-2022 tercatat sebesar 4,08% dan pada kuartal IV-2022 pertumbuhannya 3,33%.

Di sisi lain, Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), mencatat realisasi investasi pada kuartal I-2023 sebesar Rp 328,9 triliun atau tumbuh 16,5% dibandingkan dengan kuartal I-2022 (yoy).


(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Tahun, BPS Catat Investasi RI Loyo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular