Momok Seram Ini Tak Boleh Gentayangan, RI Bisa Batal Cuan!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Senin, 08/05/2023 16:21 WIB
Foto: Infografis/ Jokowi, Sri Mulyani & 'Triple Horror' yang Kian Menjadi Nyata/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Momok seram inflasi di tanah air, menjadi kunci untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah memastikan, koordinasi dengan Bank Indonesia (BI) akan terus dilakukan untuk mengendalikan inflasi.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu menjelaskan, strategi pengendalian inflasi di Indonesia tidak sama seperti negara lain yang banyak mengendalikan tingkat suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Sementara Indonesia tidak.

"Indonesia juga (menggunakan kebijakan) suku bunga, namun tidak terlalu tinggi. Mengelola inflasi di Indonesia, dengan memastikan supply barang-barang yang bersifat volatile (bergejolak)," jelas Febrio dalam webinar Indonesia Macroeconomic Update 2023, Senin (8/5/2023).


Terutama, kata Febrio adalah pengendalian ketersediaan bahan pangan seperti ketersediaan beras, bawang, daging ayam, telur, dan sebagainya. Menghasilkan kinerja yang baik dari pusat hingga daerah.

Bahkan, kata Febrio pemerintah pusat secara fiskal memberikan insentif kepada pemerintah daerah yang bisa mengendalikan inflasi.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan, inflasi yang rendah adalah game changer untuk ekonomi Indonesia bisa pulih lebih cepat dan tumbuh lebih baik, dibandingkan negara lain.

Diketahui, hingga Maret 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2023 mencapai 4,33% secara tahunan (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan periode April 2022 yang mencapai 3,47% (yoy).

"Dengan inflasi yang rendah, suku bunga (Bank Central) memiliki keleluasaan untuk ke tingkat yang lebih rendah ke depannya. Ini jadi dasar kemudian banyak Maret mengekspektasikan bahwa suku bunga akan turun di akhir kuartal 2023 ini," jelas Andry Asmoro.

"Sejak kuartal III-2023 banyak prediksi pemangkasan Fed Fund Rate, hingga akhir tahun 2023 probability suku bunga bisa mencapai 4% hingga 4,25% atau turun dari 5,25%," kata Andry lagi.

Ekspektasi penurunan inflasi oleh para pelaku pasar, kata Andry juga muncul akibat adanya kondisi bangkrutnya bank-bank di Amerika Serikat (AS) dan Eropa seperti SVB dan Credit Suisse.

Sebelum mencuatnya isu bank-bank AS yang collapse, pelaku pasar masih memprediksi tingkat suku bunga The Fed akan lebih tinggi dari posisi sekarang yang mencapai 5,25%. Sehingga ke depan, dengan tingkat suku bunga yang rendah, maka cost of fund akan lebih rendah.

"Ini peluang dunia usaha untuk mengambil financing dari capital market, bonds, dan bank akan semakin besar dengan cost of fund yang rendah," jelas Andry.


(cap/cap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: DJP Tegaskan Pemungutan PPH di E-Commerce Bukan Pajak Baru