Tok! The Fed Kerek Suku Bunga 25 Bps, Jadi yang Terakhir?
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) (Federal Reserve/Fed) menyetujui kenaikan suku bunga ke-10 hanya dalam waktu kurang dari setahun dan memberikan petunjuk tentatif bahwa siklus pengetatan saat ini telah berakhir.
Dilansir dari CNBC International, Kamis (4/5/2023), dalam keputusan bulat yang telah diprediksi secara luas oleh pasar, Komite Pasar Terbuka Federal bank sentral menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25 poin persentase. Kenaikan tersebut membawa suku bunga Fed ke kisaran target 5%-5,25%, tertinggi sejak Agustus 2007.
Pasar pun menebak-nebak apakah ini adalah kenaikan suku bunga terakhir, terutama dengan kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi dan krisis perbankan yang telah mengguncang Wall Street.
Dalam konferensi pers pada Rabu (3/5/2023), Ketua Fed Jerome Powell tidak secara gamblang mengatakan apakah akan ada kenaikan suku bunga dalam pertemuan berikutnya.
Pernyataan pascapertemuan hanya menawarkan beberapa petunjuk tentang laju kenaikan suku bunga di masa mendatang. Dokumen tersebut menghilangkan kalimat yang ada dalam pernyataan sebelumnya yang mengatakan bahwa "Komite mengantisipasi bahwa beberapa pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat" bagi Fed untuk mencapai sasaran inflasi 2%.
Pernyataan itu juga mengubah bahasa yang dipakai untuk menguraikan kondisi di mana "penetapan kebijakan tambahan mungkin tepat."
Sebelumnya, FOMC telah membingkai panduan ke depan tentang bagaimana hal itu akan menentukan "tingkat peningkatan di masa mendatang dalam kisaran target".
Pernyataan tersebut menegaskan kembali bahwa The Fed "akan memperhitungkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, kelambanan yang memengaruhi kebijakan moneter terhadap aktivitas ekonomi dan inflasi, serta perkembangan ekonomi dan keuangan."
Secara keseluruhan, langkah-langkah tersebut setidaknya merupakan anggukan lemah bahwa sementara kebijakan ketat dapat tetap berlaku, kenaikan suku bunga aktual masih perlu dipertimbangkan kembali.
Adapun, inflasi AS masih jauh di atas target 2% yang dianggap optimal oleh pembuat kebijakan. Beberapa pejabat mengatakan tarif mungkin perlu tetap tinggi, bahkan jika kenaikan ditunda.
"Inflasi agak moderat sejak pertengahan tahun lalu, namun tekanan inflasi terus berjalan tinggi dan proses untuk menurunkan inflasi menjadi 2% masih jauh," kata Powell.
Seiring dengan inflasi, The Fed harus berurusan dengan kekacauan di industri perbankan yang menyebabkan tiga bank menengah tutup.
Meskipun pejabat bank sentral bersikeras industri secara keseluruhan stabil, pengetatan yang diharapkan dalam kondisi kredit dan peraturan yang meningkat di masa depan diperkirakan akan makin membebani pertumbuhan ekonomi yang hanya 1,1% per tahun pada kuartal pertama.
Ekonom The Fed sendiri pada pertemuan FOMC bulan Maret memperingatkan bahwa resesi yang dangkal kemungkinan besar disebabkan oleh masalah perbankan.
(luc/luc)