
Sri Mulyani Ketemu Bos ADB di Korsel, Bahas Apa Nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengadakan pertemuan tatap muka langsung dengan Presiden Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Asakawa.
Ada sejumlah pembahasan khusus yang mereka berdua bicarakan dalam pertemuan yang digelar di sela-sela acara Pertemuan Tahunan ke-56 ADB di Korea Selatan, 2-5 Mei 2023.
Sri Mulyani mengungkapkan, pembahasan itu adalah kontribusi Indonesia pada ADB, update mengenai Capital Adequacy Framework (CAF), mekanisme transisi energi, hingga sukungan ADB terhadap ASEAN Infrastructure Fund Recapitalization pada keketuaan Indonesia.
"Pada perjumpaan kemarin, terdapat 4 topik besar yang menjadi pembahasan kami," kata Sri Mulyani dikutip dari akun instagramnya, Rabu (3/5/2023).
Sebagai salah satu negara pendiri Asian Development Bank (ADB) pada tahun 1966 sekaligus pemilik saham terbesar ke-6, menurut Sri Mulyani, Indonesia dan ADBÂ memang sudah begitu dekat.
Dengan Asagawa sendiri pun mengaku begitu dekat dan sering berjumpa maupun bertukar pikiran mengenai perekonomian Indonesia dan juga Asia.
"Sebuah diskusi yang sangat produktif. Saya harap semoga hubungan Indonesia dan ADB dapat terus terjaga kuat dan saling menguatkan," ucap Sri Mulyani.
Sekitar 4.500 peserta berkumpul di Incheon untuk menghadiri Pertemuan Tahunan ke-56 ADB yang dibuka kemarin. Menteri keuangan, gubernur bank sentral, dan pejabat pemerintah dari anggota ADB bergabung dengan perwakilan dari sektor swasta, mitra pembangunan, kaum muda, akademisi, masyarakat sipil, dan media seluruh dunia.
Pertemuan Tahunan ini mengusung tema "Rebounding Asia: Recover, Reconnect, and Reform". Dewan Gubernur ADB akan memfokuskan pertemuan mereka pada peran ADB dalam memastikan pemulihan yang berkelanjutan dan inklusif di negara berkembang anggotanya, sambil berkontribusi lebih banyak di isu publik regional seperti perubahan iklim.
Mereka akan mencari cara untuk memperluas kapasitas pinjaman ADB untuk memenuhi permintaan yang kuat akan pembiayaan dan pengetahuan di kawasan.
"Mekanisme pembiayaan yang inovatif diperlukan untuk menarik modal swasta dan kelembagaan-bersama dengan dana publik-untuk mendanai infrastruktur penting yang akan menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan pendapatan bagi ekonomi lokal," ujar Direktur Jenderal Pelaksana ADB Woochong Um dikutip dari siaran pers ADB.
Berdasarkan laporan ADB, negara berkembang di Asia perlu berinvestasi US$ 13,8 triliun, atau US $1,7 triliun per tahun, dalam infrastruktur dari 2023 hingga 2030 untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan menanggapi perubahan iklim.
Untuk ekonomi ASEAN, total kebutuhan investasi infrastruktur diperkirakan setidaknya US$ 2,8 triliun untuk periode yang sama atau US$ 184 miliar per tahun.
"Mempersempit kesenjangan pembiayaan infrastruktur akan sangat penting bagi perekonomian untuk mencapai tujuan ekonomi dan sosial mereka. Partisipasi sektor swasta adalah kuncinya," katanya.
Saat ini, lebih dari $200 triliun modal swasta diinvestasikan di pasar modal global. Mekanisme pembiayaan yang inovatif diperlukan untuk mengkatalisasi pembiayaan swasta dan institusional untuk infrastruktur, dan untuk meningkatkannya guna memenuhi kebutuhan kawasan yang terus meningkat saat ekonomi ASEAN+3 bangkit kembali dari pandemi.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article ADB Siap Guyur US$100 M ke ASEAN, Untuk Apa Bu Sri Mulyani?