Restui Kelanjutan Ekspor Freeport, Menteri ESDM Cek Lapangan

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Rabu, 03/05/2023 11:52 WIB
Foto: Menteri ESDM Arifin Tasrif (Ist Freeport)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dijadwalkan akan meninjau progres pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI), besok, Kamis (04/05/2023).

Proyek smelter tembaga single line terbesar di dunia ini berlokasi di Manyar, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE Gresik, Jawa Timur.

Tinjauan ke smelter tembaga ini dilakukan setelah Jumat (28/04/2023) lalu Arifin mengungkapkan bahwa Pemerintah Indonesia menyetujui kelanjutan ekspor konsentrat tembaga Freeport setelah 10 Juni 2023 mendatang.


Seperti diketahui, berdasarkan amanat Undang-Undang No. 3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba), ekspor mineral mentah, termasuk konsentrat, dilarang mulai 10 Juni 2023 mendatang.

Namun, karena adanya pandemi Covid-19, maka pemerintah menilai ada unsur pertimbangan keadaan kahar atau force majeure bagi PT Freeport Indonesia, yang berdampak pada tertundanya pembangunan smelter terbarunya ini. Dengan demikian, pemerintah mengizinkan Freeport untuk melanjutkan ekspor konsentrat tembaga hingga Mei 2024, sesuai jadwal smelter barunya ini beroperasi.

Menteri Arifin menyebut, sampai saat ini progres pembangunan smelter Freeport telah mencapai sekitar 61% dengan pengeluaran biaya sudah sekitar US$ 1,5 miliar dari total biaya sekitar US$ 3 miliar.

Dengan begitu, Arifin pun akan meninjau langsung progres pembangunan smelter tembaga untuk mengetahui kondisi pasti di lapangan atas kemajuan pembangunan smelter Freeport ini.

"Yang namanya copper smelter ini kan progresnya sudah 61% di akhir bulan ini, minggu depan saya mau ke sana, jadi kita lihat," ungkap Arifin, Jumat (28/4/2023).

Meski diberikan izin kelanjutan ekspor konsentrat hingga Mei 2024, namun menurutnya ini dilakukan dengan syarat tertentu. Arifin mengungkapkan, Freeport tetap akan diizinkan ekspor, namun dengan membayar kompensasi, seperti denda.

"(Izin ekspor diberikan sampai) Mei 2024 iya dengan catatan. Ada hal-hal administratif yang kita sedang siapkan. Administrasi istilahnya, mirip-mirip denda," ungkap Arifin saat ditanya apakah akan ada denda yang harus dipenuhi jika Freeport menerima izin ekspor konsentrat tembaga setelah Juni 2023.

Merespons izin kelanjutan ekspor konsentrat yang telah direstui pemerintah, PT Freeport Indonesia pun buka suara. VP Corporate Communications Freeport Indonesia Katri Krisnati mengatakan bahwa pihaknya belum menerima konfirmasi resmi dari pemerintah perihal izin ekspor konsentrat tembaga setelah Juni 2023 ini.

Namun demikian, bila izin itu benar diberikan, maka Freeport mengapresiasi dukungan pemerintah untuk memastikan kontinuitas operasional tambang perusahaan.

Di sisi lain, menurutnya ini juga berdampak pada kepastian keberlanjutan investasi yang akan berdampak signifikan bagi perekonomian Indonesia, dan khususnya masyarakat Papua.

"Kami belum menerima konfirmasi resmi dari Pemerintah perihal izin ekspor konsentrat tembaga. Jika keputusan tersebut diberikan, kami sangat mengapresiasi dukungan Pemerintah untuk memastikan kontinuitas operasional tambang yang secara teknis sangat dibutuhkan dan keberlanjutan investasi yang akan berdampak signifikan bagi ekonomi Indonesia khususnya masyarakat Papua," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (28/04/2023).

Berdasarkan data Freeport McMoran, pemegang 48,76% saham PT Freeport Indonesia, selama kuartal I 2023, belanja modal yang telah dikeluarkan PTFI untuk smelter Manyar dan PMR ini telah mencapai US$ 0,3 miliar dan untuk setahun pada 2023 ini diperkirakan biaya yang akan dikeluarkan bisa mencapai US$ 1,6 miliar.

Adapun total investasi untuk proyek smelter Manyar dan PMR ini mencapai US$ 3,4 miliar, terdiri dari investasi smelter Manyar sebesar US$ 3 miliar dan proyek PMR sebesar US$ 400 juta.

Proyek smelter Manyar akan mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun menjadi sekitar 600 ribu ton katoda tembaga per tahun. Sementara proyek PMR akan memproduksi emas dan perak. Kedua proyek ini diperkirakan akan beroperasi pada 2024.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil Ingatkan Indonesia Jangan Kena Kutukan Sumber Daya Alam