Harga BBM Non Subsidi Sudah Turun, Kapan Pertalite Nyusul?
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) sudah resmi melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi per 1 Mei 2023 lalu.
Pertamina resmi menurunkan harga BBM non subsidi jenis Pertamina Dex dan Dexlite mulai 1 Mei 2023. Harga Pertamina Dex di DKI Jakarta turun menjadi Rp 14.600 per liter dari sebelumnya Rp 15.400 per liter pada April lalu. Harga Dexlite turun menjadi Rp 13.700 per liter per 1 Mei 2023 ini dari sebelumnya Rp 14.250 per liter.
Sementara harga BBM Pertamax (RON 92) dan Pertamax Turbo (RON 98) masih tetap alias tidak ada perubahan dibandingkan periode April lalu, yakni masing-masing dibanderol Rp 13.300 per liter dan Rp 15.000 per liter.
Lantas, bagaimana dengan harga BBM Pertalite? Kapan harga BBM Pertalite akan diturunkan?
Berdasarkan data Pertamina, harga BBM Pertalite per 1 Mei 2023 ini juga masih tidak mengalami perubahan, yakni masih dibanderol pada harga Rp 10.000 per liter.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov menilai bahwa penurunan harga jual BBM Pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) bisa mulai dipertimbangkan saat harga minyak mentah lebih rendah dibandingkan harga pada saat ini yang masih di kisaran US$ 75 per barel.
Abra memperkirakan, harga BBM Pertalite bisa turun ke bawah Rp 10.000 per liter saat harga minyak mentah berada di bawah US$ 60 per barel.
"Jadi memang batas aman, pemerintah atau Pertamina melakukan penurunan harga kalau ICP (harga minyak mentah Indonesia) sudah di bawah US$ 60 per barel. Memang secara keekonomian itu dimungkinkan dilakukan penyesuaian harga Pertalite," jelas Abra kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (2/5/2023).
Dia mengakui saat ini harga jual Pertalite masih di bawah harga keekonomian BBM RON 90 di pasaran. Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa sulit bagi pemerintah untuk melakukan penurunan harga jual Pertalite saat ini.
"Memang harga keekonomian Pertalite masih di atas harga jual saat ini. Jadi, potensi melakukan penurunan harga masih agak tipis, masih sulit lah, harga keekonomian masih di atas harga jual saat ini," tambahnya.
Tetapi dengan kemungkinan yang kecil tersebut, Abra menilai pemerintah bisa saja menurunkan harga jual Pertalite apabila pemerintah mengalokasikan anggaran kompensasi subsidi BBM untuk tahun ini.
"Tapi itu pilihan untuk melakukan penurunan harga BBM bersubsidi masih mungkin. Walaupun ICP US$ 75 (per barel), kurs juga di atas asumsi Rp 14.800 (per US$), masih dimungkinkan dilakukan penurunan harga, kalau pemerintah mengalokasikan anggaran kompensasi tahun ini untuk melakukan penurunan harga Pertalite," pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji pernah mengatakan, bahwa harga Pertalite bisa diturunkan di bawah Rp 10.000 per liter apabila harga minyak mentah dunia sudah menyentuh US$ 65 per barelnya.
"Kalau dugaan kami ya, antara dari (harga minyak mentah) US$ 65, kita harus berhitung, bahwa ini (Pertalite) memang sebetulnya harus diturunkan gitu ya. Kita lihat apakah harga minyak sudah US$ 65. Kalau belum, itu kayaknya sih belum (turun harga Pertalite)," jelasnya saat ditemui di Gedung BPH Migas, Jakarta, Senin (10/4/2023).
Perlu diketahui, harga minyak mentah WTI melemah hingga 0,11% ke posisi US$ 75,58 per barel pada perdagangan Selasa (02/05/2023), sementara harga minyak mentah Brent juga dibuka melemah 0,11% ke posisi US$ 79,27 per barel.
Harga minyak mentah ini sudah jauh lebih rendah dibandingkan 2022 lalu yang sempat melampaui US$ 100 per barel.
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini juga mengalami tren penguatan dibandingkan tahun lalu. Pada pembukaan perdagangan Selasa (02/05/2023), rupiah menguat di level Rp 14.620 per US$. Sementara pada 2022 lalu nilai tukar rupiah masih berada di atas Rp 15.000 per US$.
Harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah merupakan dua indikator penentu harga BBM di dalam negeri.
(wia)