Asia Mendidih, Tapi Harga Batu Bara Takkan Se-hot Tahun Lalu!

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Kamis, 27/04/2023 14:30 WIB
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang panas yang saat ini tengah melanda sebagian besar negara di Asia turut berimbas pada kenaikan harga batu bara. Pasalnya, permintaan batu bara diperkirakan akan melonjak seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi di saat cuaca panas saat ini.

Harga batu bara terus merangkak naik dan kini menembus level US$ 190 per ton. Pada perdagangan Rabu (26/4/2023), harga batu bara kontrak Mei di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 190 per ton. Harganya menguat 1,69%.

Harga tersebut adalah yang tertinggi dalam empat hari terakhir. Penguatan kemarin juga memperpanjang tren positif harga pasir hitam yang menguat dua hari beruntun dengan penguatan 2,1%.


Namun demikian, kenaikan harga batu bara pada 2023 ini diperkirakan tidak akan sefantastis lonjakan pada tahun 2022 lalu yang sempat melampaui US$ 400 per ton.

Ketua Indonesian Mining & Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo memperkirakan, lonjakan harga batu bara pada tahun ini takkan setinggi kenaikan pada 2022 lalu karena pemicunya berbeda.

Pada 2022 lalu, lonjakan harga batu bara dipicu oleh "meledak"-nya perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari 2022, sehingga menimbulkan ketidakpastian kondisi geopolitik dunia. Terlebih, sejumlah negara Barat melakukan embargo atas komoditas energi asal Rusia.

Sedangkan kondisi saat ini lonjakan harga dipicu oleh gelombang panas yang melanda beberapa negara di Asia, sehingga dalam jangka pendek membuat permintaan batu bara ikut melonjak.

"Namun kita juga harus lihat kenaikan ini tidak akan sejauh kenaikan di saat ada isu terkait invasi Rusia ke Ukraina. Ini jauh berbeda, sehingga ini saya lihat lebih kepada kenaikan real saja," jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program 'Mining Zone', dikutip Kamis (27/4/2023).

Singgih memproyeksikan harga batu bara tetap bisa naik di atas US$ 200 per ton, namun diperkirakan tidak akan mencapai di atas level US$ 250 per ton. Dia memperkirakan, harga batu bara mungkin hanya akan mencapai level sekitar US$ 220 per ton.

"Ini akan kembali sekitar US$ 200 per ton, naik pun US$ 200 something. Tapi saya yakin akan di bawah US$ 250-an lah, sekitar US$ 220-an (per ton)," bebernya.

Seperti diketahui, Harga batu bara terus merangkak naik dan kini menembus level US$ 190 per ton.

Harga batu bara kembali naik karena permintaan dari China dan India diproyeksi meningkat. India tengah menghadapi gelombang panas yang akan meningkatkan penggunaan listrik untuk pendingin ruangan.

Berbeda dengan tahun lalu, aktivitas manufaktur China diharapkan sudah mulai menggeliat tahun ini. Kondisi tersebut akan semakin meningkatkan permintaan akan sumber energi sehingga Tiongkok mesti menaikkan pasokan listrik lebih besar.

Deepak Kannan, global head for coal pricing dari S&P Global Commodity Insights Ltd, memperkirakan harga batu bara bisa terus menguat US$ 80-85 per ton pada Juni-September.

"Dalam jangka pendek, harga batu bara akan sangat tergantung pada seberapa cepat ekonomi China dan dan seberapa besar impor mereka," tutur Kannan, dikutip dari BQ Prime.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PLTU Bertambah, Energi Terbarukan Tetap Jadi Prioritas