
India Panas Membara & PLTA Mengering, RI Bisa Jadi Penyelamat

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang panas belakangan ini terus menggempur beberapa negara di Asia, seperti India, Tiongkok, termasuk negara tetangga seperti Thailand, Laos, dan Myanmar.
Bila gelombang panas ini bertahan lama, maka ini juga bisa berpengaruh pada penggunaan sumber energi air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di negara tersebut. Bila cuaca panas bertahan lama, bisa jadi mengakibatkan sumber air semakin menipis.
Ketua Indonesian Mining & Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengungkapkan bahwa India dan China memang merupakan negara dengan pemanfaatan energi air atau PLTA cukup besar. Kapasitas PLTA di China dan India masing-masing mencapai 370 Giga Watt (GW) dan 446 GW.
Namun, bila kondisi cuaca panas bertahan lama, bisa berdampak pada kekurangan pasokan air untuk sumber energi.
"Benar bahwa kondisi suhu panas bisa berpengaruh terhadap kenaikan energi, khususnya kekurangan dari energi air," ungkapnya kepada CNBC Indonesia dalam program 'Mining Zone', dikutip Kamis (27/4/2023).
Bila ini terjadi, maka mau tak mau negara-negara tersebut harus mencari sumber energi pengganti lainnya, seperti gas yang dilakukan oleh Jepang dan Korea Selatan, atau menambah impor batu bara untuk meningkatkan produksi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Bila kedua negara tersebut ingin menambah kebutuhan batu bara, maka menurutnya Indonesia bisa menjadi "penyelamat" kedua negara tersebut. Pasalnya, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batu bara thermal terbesar di dunia.
"Secara dominan, China dan India akan menjadi pasar terbesar untuk Indonesia, terlepas dari Australia juga ingin memanfaatkan yang ada. Namun, ini akan menjadi pasar yang besar bagi Indonesia, menurut saya," ucapnya.
Seperti diketahui, India tercatat sudah mengimpor batu bara sebanyak 2,2 juta ton atau naik 25% (month to month/ mtm) pada Februari 2023.
Produksi batu bara India juga ditingkatkan hingga mencapai 892 juta ton pada April 2022 hingga Februari 2023. Jumlah tersebut naik 14,7% (year on year/ yoy).
Sementara itu, Kantor Kepabeanan China melaporkan impor batu bara China pada kuartal I-2023 mencapai 101,8 juta, melonjak 96% dibandingkan periode yang sama.
Selama Maret saja, impor batu bara China menembus 41,17 juta ton, melesat 151%. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak Januari 2020 atau pra-pandemi.
Kenaikan permintaan ini tentu akan berimbas kepada negara pemasok, terutama Indonesia dan Rusia.
Ekspor batu bara Rusia ke China dan India melonjak drastis sejak tahun lalu. Embargo impor dari Eropa membuat Rusia terpaksa menjual batu bara dengan harga lebih murah. Kondisi ini menjadi keuntungan bagi China dan India.
Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri melaporkan China dan India masih menjadi pasar utama batu bara RI.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor batu bara ke India mencapai 23,97 juta ton pada kuartal I-2023 dengan nilai menembus US$ 1,91 miliar.
Ekspor batu bara RI ke China menembus 20,94 juta ton dengan nilai US$ 2,06 miliar pada kuartal I-2023.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cuaca 'Neraka' di India, 11 Orang Tewas Tersengat Matahari
