
Neraka Kemacetan, Pengusaha Tagih Pemprov DKI Benahi

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengusaha mengungkapkan kekesalannya dengan semakin parahnya kemacetan yang terjadi di Jakarta. Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta Sarman Simanjorang menilai situasinya sudah jauh berbeda dengan awal pandemi Covid-19 sekitar 2020-2021 lalu, dimana saat itu Jakarta bisa lengang. Ia pun menyebut beberapa pemicu perbedaan situasi saat ini.
"Antara pertumbuhan kendaraan di Jakarta dan ruas jalan ngga seimbang. Dara 2022 ada jutaan motor mobil baru, banyak namun infrastruktur jalan ngga seimbang, ini harus dipikirkan Pemprov DKI gimana solusinya. Ditambah kesadaran berkendara rendah, ditambah proyek LRT belum tuntas jadi membuat macet," kata Sarman kepada CNBC Indonesia, Selasa (18/4/23).
Akibat mengurainya macet di DKI Jakarta, aktivitas ekonomi harus merasakan kerugian yang tidak sedikit. Baik dunia usaha maupun pekerja merasakan dampak kerugian.
"Pengusaha sangat terdampak Kemacetan karena mengurangi produktivitas, lalu pekerja 2-3 jam di jalan jadi ngga maksimal. Mau ngga mau dengan jarak tertentu, biasa keluar BBM sekian ribu, jadi bisa naik. Ini harus dibuat solusi oleh Pemprov DKI karena akan berdampak ke kegiatan ekonomi dan cost pengusaha," ujar Sarman.
Sarman menyebut di 2019 penelitian World Bank menyatakan bahwa di Jakarta kerugian akibat macet mencapai Rp 65 triliun per tahun. Kemudian Badan Pengelolan Transportasi Jabodetabek menyebut kemacetan di Jabodetabek menyebabkan kerugian 71,4 triliun, terdiri dari pemborosan BBM sebanyak 2,2 juta liter di Jabodetabek.
"Kerugian sudah sangat tinggi, dari aspek kinerja produktivitas juga sangat menurun. Kalau berkepanjangan sangat merugikan masyarakat, sehingga perlu terobosan agar kemacetan bisa dikurangi," sebut Sarman.
Salah satu contoh kerugiannya adalah pengiriman barang dengan jarak tertentu yang seharusnya normal menjadi tidak normal. Misal pengiriman barang dari pabrik di Bekasi ke Tanjung Priok memakan waktu cukup lama, ditambah kemacetan yang seharusnya 15-30 menit jadi bisa sejam.
"Jakarta ini ekstrim sekali macetnya, sudah jauh jarak tempuh yang harus dijalani walau normalnya ngga seperti itu. Katakan dari 1 kantor ke kantor lain seharusnya 15-20 menit, jadi bisa 40 menit hingga 1 jam. Ini pemborosan waktu produktivitas BBM dan sebagainya," ujar Sarman.
(fys/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Jalanan di Depok Berubah Jadi 'Neraka' Kemacetan