
Pengusaha Ikut Ngeluh Macet: Boros BBM & Rugi Waktu

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pengusaha transportasi dan jasa angkutan mengeluhkan kondisi macet yang semakin sering terjadi di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) belakangan ini. Menurut mereka, macet merupakan masalah utama bagi para pengusaha transportasi jasa angkutan karena macet telah mengakibatkan mereka mengalami kerugian ekonomi.
Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Perkumpulan Perusahaan Multimoda Transportasi Indonesia Kyatmaja Lookman kepada CNBC Indonesia, Senin (20/2/2023).
"Kalau kemacetan saat ini meningkat drastis ya, ternyata kita sudah kembali normal di tahun 2023. Kemacetan memang masalah utama di angkutan barang," terangnya.
Kerugian ekonomi tersebut, jelas Kyatmaja, bersumber dari masa tempuh perjalanan yang semakin bertambah ketika macet. Akibatnya, waktu perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh selama 1 jam malah menjadi 2 hingga 3 kali lipat lebih lama dari biasanya. Ini juga menyebabkan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi bertambah, alhasil pengeluaran operasional juga ikut membengkak.
Lebih lanjut ia mengatakan untuk 1 jam tambahan waktu saja, perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan sebanyak 3 liter BBM. Itu artinya, jika kemacetan terjadi selama 3 jam, maka untuk 1 kendaraan saja ,pengusaha harus mengeluarkan tambahan biaya sebanyak 9 liter BBM.
Selain kerugian materi dan waktu, Kyatmaja mengatakan kemacetan juga semakin meningkatkan resiko kecelakaan. Hal ini disebabkan karena sopir merasa kelelahan akibat harus berhadapan dengan macet berjam-jam.
"Kesehatan pengemudi juga terpengaruh karena kelelahan sehingga berpotensi menyebabkan kecelakaan," lanjutnya.
Oleh karena itu, ia berharap kemacetan ini dapat segera berakhir. Untuk itu, ia meminta agar pemerintah menambah ruas jalan tertentu agar pilihan jalan semakin banyak. Kemudian, ia juga mengatakan apabila memungkinkan para pengemudi transportasi pribadi mulai beralih ke transportasi umum agar kemacetan dapat berkurang.
"Intinya ruas jalan tertentu perlu ditambah, selain itu jika dimungkinkan alih moda seperti kereta api dan lainnya," harapnya.
Kerugian bahan bakar dan nilai waktu juga turut dirasakan oleh perusahaan Lorena Transport TBK. Kepada CNBC Indonesia, Managing Director Lorena Ryanta Soerbakti mengungkapkan perusahaannya mengalami kerugian akibat macet karena adanya kenaikan pengeluaran biaya operasional perusahaan. Hal ini terjadi karena masa tempuh armada mereka menjadi 3 jam lebih lama dibandingkan dengan kondisi normal.
"Kerugian pasti ada. Kemacetan menyebabkan masa tempuh armada-armada kami menjadi lebih panjang. Dengan demikian dari sisi biaya operasional yaitu BBM juga bertambah. Selain itu, jumlah bis yang harus kami operasikan juga bertambah karena waktu tempuh yang bertambah," terangnya kepada CNBC Indonesia.
Kendati mengalami kerugian, Ryanta mengatakan pihaknya tidak menaikkan harga jasa angkutannya karena ia menilai ini hanyalah masalah sementara. Untuk itu, perusahaan menyiasati kondisi ini dengan menambah armada dan memilih jalan tol untuk menghindari kemacetan.
"Kita tambah sekitar 10% (armadanya). Tidak kami naikkan biaya angkutnya karena kami yakin masalah ini hanya sementara. Selama ini dengan adanya tol, relatif kemacetan bisa terkontrol," pungkasnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kok Neraka Macet Jakarta Makin Parah Ya? Bekasi-Jaksel 2 Jam!