
Kok Neraka Macet Jakarta Makin Parah Ya? Bekasi-Jaksel 2 Jam!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemacetan di DKI Jakarta tak pernah ada ujungnya terselesaikan. Setiap hari, di jam-jam sibuk jalan ibukota dipenuhi oleh banyak kendaraan pribadi, hanya sedikit kendaraan umum darat seperti bus yang terlihat.
CNBC Indonesia telah melakukan perjalanan dari Bekasi Timur menuju kawasan Jakarta Selatan menggunakan transportasi bus umum, Mayasari Bakti AC 05.
Kegiatan ini dimulai dari perjalanan pada pukul 07.00 WIB dari Bekasi Timur. Masuk Tol Barat hingga Tol Jatibening jalanan lancar.
Namun, hingga Tol Dalam Kota, tepatnya di Tol Halim arah ke Cawang semua menyemut, kendaraan di jalan tersebut hanya mampu bergerak sekira di bawah 5 km per jam.
Demi mengurai kemacetan di pintu keluar Tol Halim, polisi lalu lintas (Polantas) yang bertugas pun telah membuka jalur contra flow hingga arah keluar Tol Semanggi.
Namun tetap saja, kemacetan tetap tidak mampu terurai dan jalanan menjadi tersendat. Kemacetan baru bisa terurai saat ada perpecahan arah di Gerbang Tol Tebet.
Dari situ kendaraan setidaknya mampu berjalan dengan kecepatan 10 km/jam, padat tersendat namun lancar, hingga keluar Tol Semanggi.
Tim CNBC Indonesia pun akhirnya berhasil tiba di tujuan pertama atau tepatnya di Halte Bus Polda Metro Jaya pada pukul sekira 8.45 WIB. Dari sini dilanjutkan perjalanan menggunakan ojek online hingga ke kawasan Tendean, Jakarta Selatan.
Dari Bekasi Timur hingga Tendean, Jakarta Selatan, penulis akhirnya berhasil tiba hingga 9.00 WIB. Artinya perjalanan yang ditempuh penulis dari Bekasi ke Jakarta Selatan menghabiskan waktu dua jam perjalanan dengan transportasi umum.
Sebuah waktu yang terbilang lama. Padahal, jika tidak ada kemacetan jarak tempuh Bekasi Timur-Jakarta Selatan dapat ditempuh dalam waktu setengah hingga satu jam saja.
Jakarta telah terjerat kemacetan selama puluhan tahun. Selama itu pula, warga kota ini terjebak dalam kemacetan yang sama di ruas-ruas jalan yang sama.
Polda Metro Jaya mencatat, indeks kemacetan di Jakarta sudah di atas 50% pada awal 2023, mendekati angka indeks kemacetan di Ibu Kota sebelum pra pandemi atau tepatnya pada 2019.
Berbagai upaya untuk mengurai kemacetan sebenarnya juga telah dilakukan oleh otoritas terkait. Mulai dari adanya pemberlakuan kendaraan plat ganjil genap, hingga adanya wacana penerapan electronic road pricing (ERP) atau jalan berbayar, hingga wacana perubahan jam kerja kantoran.
Sayangnya, semua upaya itu pada akhirnya tak mempan untuk mengurai kemacetan di kawasan ibu kota Jakarta. Padahal Jakarta pernah punya berbagai macam angkutan jalan raya.
Transportasi umum seperti oplet, bus tingkat, hingga metromini pernah mengaspal di jalan ibu kota. Namun jumlahnya tidak pernah cukup. Pelayanannya pun tidak pernah membuat masyarakat yang menaikinya nyaman.
Tingkat keterisian angkutan umum darat pun semakin turun. Sehingga masyarakat kini makin mengandalkan kendaraan pribadi, entah itu motor atau mobil.
Solusi yang paling realistis mempercepat perluasan akses transportasi massal, seperti LRT Jabodebek yang diinisiasi pemerintah pusat. Sementara itu, pemerintah daerah khususnya DKI Jakarta harus memaksimalkan perluasan layanan TransJakarta dan feedernya yang lebih masif.
Contoh efektif solusi layanan transpormasi massal yang efektif memecah kemacetan dan terjangkau sudah dilakukan oleh DKI Jakarta dengan adanya layanan Koridor 13 Transjakarta yang melayani dari CBD Ciledug sampai dengan Tendean yang berbasis jalur melayang yang menghubungkan Jakarta-Tangerang. Sudah sepatutnya jalur layang TransJakarta ini bisa juga menghubungkan Jakarta ke daerah penyangga lainnya seperti Bekasi, Depok, dengan konsep jalur bus melayang.
(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Macet Horor Jakarta Makin Ngeri, Jokowi Sampai Sering Ngeluh