Impor Melesat! RI Borong Minyak dari Luar Negeri
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor Indonesia pada Maret 2023 melesat, naik 29,33% dari US$ 15,92 miliar pada Februari 2022 menjadi US$ 20,59 miliar. Termasuk impor untuk minyak.
Deputi bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi mengatakan, impor minyak bahkan menjadi penyumbang defisit neraca perdagangan di tengah kinerja surplus total neraca perdagangan US$ 2,91 miliar pada Maret.
"Neraca perdagangan komoditas migas defisit US$ 1,68 miliar dengan komoditas penyumbang defisit utama minyak mentah dan juga hasil minyak," kata Imam saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (17/4/2023).
Peningkatan impor migas disebabkan oleh bertambahnya impor minyak mentah US$ 286,1 juta atau naik 54,18 persen, hasil minyak US$ 315,0 juta atau 21,09 persen, dan gas US$ 7,1 juta naik 1,85 persen.
Adapun rinciannya untuk impor minyak mentah pada Maret 2023 sebesar US$ 814,2 juta, naik dari catatan Februari 2023 sebesar US$ 528,1 juta dan catatan Maret 2022 yang sebesar US$ 657,7 juta.
Sementara itu, impor hasil minyak sebesar US$ 1,8 miliar pada Maret 2023. Naik dari catatan pada Februari 2023 sebesar US$ 1,49 miliar, meski turun dari catatan impor pada Maret 2022 sebesar US 2,35 miliar.
Khusus untuk impor hasil minyak, tertinggi pada Maret 2023 berasal dari Singapura sebanyak 879,3 ribu ton dengan nilai US$ 712,7 juta, Malaysia 813,4 ribu ton senilai US$ 587,0 juta, India 215,5 ribu ton dengan nilai US$177,1 juta, Saudi Arabia 69,8 ribu ton senilai US$77,9 juta, dan Korea Selatan 93,1 ribu ton senilai US$77,5 juta
"Impor hasil minyak ini negaranya yang teridentifikasi dari Singapura, Malaysia, Kemudian India, Saudi Arabia dan Korea Selatan," ucap Imam.
(mij/mij)