
'Kiamat' Pesawat Hantui Pemudik, Maskapai Harus Apa Nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah pesawat milik maskapai RI masih belum menyamai angka sebelum pandemi. Namun menjadi kekhawatiran pada periode mudik saat ini armada pesawat tidak bisa menampung kebutuhan.
Lantaran jumlah pemudik pada tahun ini diprediksi melonjak menjadi 123 juta orang atau naik 45% dari tahun 2022. Dari jumlah itu, 3,3 juta orang bakal mudik dengan menggunakan pesawa terbang.
Menurut data PT Angkasa Pura I (Persero), jumlah pesawat yang yang beroperasi saat ini mencapai 412 armada. Lebih sedikit dibandingkan tahun 2019 lalu yang mencapai 650 armada.
Lantas, apakah ini akan menjadi masalah baru?
Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Bayu Sutanto mengungkapkan isu jumlah pesawat saat ini belum akan menjadi masalah di periode mudik tahun ini. Menurutnya jumlah pesawat sudah bertambah dari tahun lalu.
"Jumlah pesawat saat ini relatif sudah bertambah dibandingkan tahun yang lalu, walaupun belum seperti sebelum pandemi 2019," ungkap Bayu kepada CNBC Indonesia, Selasa (11/4/2023).
![]() Bandara Kertajati ramai lagi dengan melayani penerbangan umrah. (Dok. Angkasa Pura II) |
Menurut Bayu dengan jumlah pesawat saat ini sudah sesuai dengan permintaan pasca-pandemi pada periode mudik dan arus balik nanti. Namun dia meminta pihak bandara untuk melakukan penambahan jam operasi untuk menampung banyaknya waktu penerbangan.
"Yang mungkin diperbaiki adalah penambahan jam operasi bandara-bandara tertentu sehingga bisa menampung utilisasi jam terbang pesawat lebih optimal selama musim libur Lebaran ini," sebut Dirut maskapai TransNusa ini.
Pengamat Penerbangan Alvin Lie menambahkan apabila melihat dari frekuensi penerbangan saat menjelang Lebaran, baru 65% - 70% dari pra pandemi. Sedangkan tingkat keterisian pesawat juga masih berkisar 55% - 70%. Sehingga masalah kekurangan pesawat belum tentu akan terjadi.
"Data yang saya dapat itu terakhir Jumat lalu, menunjukan puncak traffic (mudik) itu 18, 19, 20, 21 April itu pun tiket yang terjual baru 51% dari kapasitas," sebut Alvin saat dikonfirmasi.
Sehingga, lanjutnya, masalah kekurangan pesawat tidak perlu dikhawatirkan. Justru saat ini berat bagi maskapai jika harus menambah jumlah pesawat, melihat demand yang masih belum optimal di luar periode mudik.
"Kalau pesawat ditambah tapi penumpang tidak nambah, maka tingkat keterisian akan turun dan kalau turun di bawah 60% airlines akan rugi," jelasnya.
Pengamat Penerbangan juga Praktisi dan Konsultan Industri Aviasi, Gerry Soejatman berpendapat melihat jumlah pemudik lewat udara masih bisa dipenuhi dengan armada yang tersedia. Terlebih demand tiket pesawat masih terlihat lesu dibandingkan 2018 - 2019 yang biasanya tiket ekonomi cenderung habis di H-14.
"Dalam kondisi normal, karena ada tarif batas atas, biasanya ketersediaan kursi pesawat akan kurang untuk mudik lebaran, dan naiknya biaya penerbangan di luar tiket, sudah membuat total biaya perjalanan dengan pesawat semakin mahal, dan ini meredam demand," jelasnya.
Dari datanya masih banyak tiket yang tersedia, dan harga tiket juga sudah menyentuh level tarif batas tinggi (TBB) Contohnya seperti Jakarta - Surabaya, Jakarta - Semarang, Jakarta- Solo, dan Jakarta - Yogyakarta.
Meski begitu dia tidak menampik pada tanggal tertentu, maskapai bisa kekurangan pesawat karena lonjakan jumlah penumpang khususnya pada tanggal 19, 20, 21 April.
"Demand tinggi sekali sekarang hanya di H-3 sampai hari Lebaran. Dulu lebaran dari H-14 sudah tinggi dan kekurangan kursi mulai terjadi dimana-mana di H-10," sebutnya.
(emy/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bikin Penasaran! Ini Letak Kursi Paling Aman di Pesawat
