Inovasi Badak NGL Bisa Hasilkan Devisa US$ 92 Juta
Jakarta, CNBC Indonesia-PT Pertamina (Persero) melalui PT Badak NGL baru-baru ini hadir dengan inovasi LPGProduction Booster System(LPBS) di Bontang. Tidak main-main, lewat inovasi ini, PT Badak NGL bisa menciptakan potensi devisa bagi negara hingga US$ 92 juta dolar dalam kurun waktu 2022 hingga 2027.
Seperti diketahui, selama ini produksi LPG selalu defisit dan butuh sokongan impor, yakni hanya 270 metrik kubik per hari. Kini lewat inovasi dari Badak NGL, produksi LPG telah menjadi 603 metrik kubik per hari. Dari inovasi ini, total produksi LPG yang dihasilkan PT Badak NGL mencapai 1,6 juta metrik kubik.
"Melalui LPBS di Bontang, produksi LPG melebihi target hingga 320%," ungkap manajemen perseroan, dikutip Senin (10/4/2022).
VP Business Support Badak NGL, Feri S Nugroho, mengatakan dengan booster ini pihaknya bisa memproduksi 220 ribu meter kubik setara 1,7% total impor LPG nasional.
"Selain inovasi juga terus kembangkan bisnis ke depan dengan bekerja sama dan sinergi anak usaha Pertamina lainnya, dalam rangka pemanfaatan infrastruktur kilang minyak NGL untuk LNG hub dan LPG hub, didukung fasilitas tangki besar dan posisi strategis, Badak NGL yakin bisa menjadi LGN hub dunia pada 2024 mendatang," ungkap Feri kepada CNBC Indonesia dikutip Senin (10/4/2023).
Feri memastikan bisnis transformasi yang dilakukan PT Badak NGL mampu menjadi sumber cadangan gas bukan hanya bagi nasional, namun juga internasional. Apalagi posisi PT Badak NGL di Kalimantana Timur dianggap sangat strategis.
Untuk diketahui, LPG Booster System ini telah mulai beroperasi sejak Desember 2021, dan hingga Oktober 2022 telah melakukan tiga kali pengapalan. Diproyeksi terdapat penambahan produksi LPG sebesar 1,56 juta M3 atau 780.000 Metrik Ton selama periode 2022-2027.
"Dengan penemuan teknologi ini, dengan inovasi ini memberikan harapan bahwa Indonesia bisa menghasilkan tambahan produksi LPG nasional, yang secara otomatis dapat mengurangi impor LPG. Yang ini akan memperkuat ketahanan energi nasional,"ujar Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati,dalam acara peluncuran LPG Booster System di Kilang LNG Badak di Bontang, beberapa waktu lalu.
Pertamina ujar Nicke memiliki potensi yang bisa dikembangkan, inilah yang tengah di lanjutkan PT Badak kedepan. "Kita yakini bahwa gas menjadi energi transisi dan Pertamina telah anggarkan 60 persen investasi untuk di hulu," ungkap Nicke.
Lebih lanjut Nicke menguraikan, dunia menghadapi ancaman perubahan iklim yang membahayakan generasi mendatang karena penggunaan energi berkontribusi hingga 55,5% terhadap gas rumah kaca.
Di tengah terjadinya perubahan iklim global, gas merupakan sebagai energi transisi penting bagi masa depan.
Menurutnya, sebagian besar negara masih menggunakan energi fosil, termasuk Indonesia. Menyadari hal tersebut, semua negara bersepakat melakukan perubahan, dari penggunaan energi fosil ke EBT. Tapi hal itu tidak semudah membalikan telapak tangan, karena konsumsi energi terus meningkatnya tajam.
(dpu/dpu)