Aksi Buang Dolar "Menggila", China Beli Migas Pakai Yuan
Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa tahun lalu China terlibat perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Sejak saat itu, negara yang dipimpin Xi Jinping ini terus mengurangi ketergantungannya terhadap dolar AS.
Perang Rusia - Ukraina membuat aksi "buang" dolar AS semakin banyak terjadi. Sebabnya, langkah Amerika Serikat dan Sekutu yang membekukan cadangan devisa Rusia dalam bentuk dolar AS.
China pun semakin agresif mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Langkah terbaru yang dilakukan China yakni dengan menggunakan yuan dalam perdagangan liquefied natural gas (LNG).
Shanghai Petroleum and Natural Gas Exchange sebagaimana dilansir Reuters mengatakan China untuk pertama kalinya menyelesaikan transaksi pembelian LNG dengan menggunakan mata uang yuan.
Reuters melaporkan perusahaan raksasa migas China, CNOOC dan TotalEnergies menyelesaikan transaksi perdagnagan LNG dengan mata uang yuan. China dilaporkan mengimpor sekitar 65.000 ton LNG dari Uni Emirat Arab (UEA).
Upaya perdagangan dengan yuan sudah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir untuk memperkuat penetrasi mata uang tersebut ke pasar global, sekaligus mengurangi penggunaan dolar AS.
Presiden Xi saat berkunjung ke Riyadh Desember lalu mengatakan China dan negara-negara Teluk Arab seharusnya menggunakan Shanghai Petroleum and Natural Gas Exchange sebagai platform menyelesaikan transaksi minyak dan gas.
"China akan terus mengimpor minyak mentah dalam jumlah besar dari negara-negara Arab, memperbanyak impor LNG, memperkuat kerjasama pengembangan hulu minyak dan gas, layanan teknik, penyimpanan, transportasi, dan penyulingan serta memanfaatkan sepenuhnya Shanghai Petroleum and National Gas Exchange sebagai platform settlement perdagangan minyak dan gas dengan menggunakan yuan," kata XI pada Desember 2022 lalu, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Upaya perdagangan dengan yuan sudah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir untuk memperkuat penetrasi mata uang tersebut ke pasar global, sekaligus mengurangi penggunaan dolar AS.
Aksi buang dolar AS China sepanjang tahun lalu juga terlihat dari kepemilikan Treasury AS yang terus menurun.
Berdasarkan data dari Treasury International Capital (TIC) Kementerian Keuangan AS, pada November 2022, China menjual US$ 7,8 miliar Treasury yang dimiliki sehingga kini menjadi US$ 870 miliar. Nilai kepemilikan surat utang Amerika Serikat tersebut menjadi yang terendah sejak Juni 2010.
Penjualan tersebut dilakukan nyaris sepanjang tahun lalu, sebelum sebelumnya Treasury yang dijual sebesar US$ 24 miliar. Pada Juli 2022 lalu, untuk pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir kepemilikan Treasury China turun ke bawah US$ 1 triliun.
Aksi jual tersebut dimulai sejak 2017, ketika adanya perang dagang melawan Amerika Serikat. Sanksi yang diberikan Amerika Serikat dan Eropa kepada Rusia yang memulai perang di Ukraina semakin menguatkan niat China untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.
Sanksi yang diberikan Barat ke Rusia juga membuat penggunaan yuan meningkat. Perdagangan China dengan Rusia dilakukan menggunakan yuan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(pap/pap)