Korea Resesi Seks, Tunjangan Anak Naik Jadi Rp7,9 Juta

Thea Arbar, CNBC Indonesia
Kamis, 06/04/2023 20:19 WIB
Foto: AFP via Getty Images/ANTHONY WALLACE

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat kelahiran Korea Selatan (Korsel) telah mencapai titik terendah baru yang mengkhawatirkan. Jika tren itu berlanjut, populasi Negeri Ginseng akan menjadi kurang dari setengahnya pada akhir abad ini.

Situasi tersebut telah mendorong Presiden Yoon Suk Yeol untuk menyerukan pola pikir darurat, dan mengusulkan langkah-langkah baru untuk mendorong warga Korsel memiliki anak.

Upaya tersebut mencoba mengatasi apa yang tampaknya menjadi akar penyebab keraguan banyak masyarakat Korsel untuk berkembang biak: biaya membesarkan anak terlalu mahal.


Pada 28 Maret lalu, Yoon mengumumkan bahwa pemerintahnya secara signifikan meningkatkan tunjangan bulanan yang sudah ada untuk orang tua dari anak-anak di bawah satu tahun.

Mulai sekarang, jumlah itu akan berlipat ganda, dari 300.000 won (Rp3,4 juta) menjadi 700.000 won (Rp7,9 juta). Kenaikan lain di tahun 2024 akan mencapai 1 juta won (Rp11,3 juta) per bulan. Gaji bulanan rata-rata pekerja Korsel adalah sekitar US$3.400 (Rp50 juta) per Desember 2022.

Langkah ini selanjutnya akan meningkatkan investasi besar yang telah dilakukan negara dalam upaya menaikkan angka kelahirannya. Selama 16 tahun terakhir, Korsel telah menghabiskan sebanyak US$200 miliar tanpa banyak menunjukkannya, karena kesuburan terus mengalami penurunan yang stabil.

Tunjangan tidak akan menjadi satu-satunya ukuran. Mengakui perlunya mengatasi faktor-faktor lain yang mencegah orang memiliki anak, Yoon juga membahas rencana untuk memperluas layanan pengasuhan anak, membantu perumahan untuk pengantin baru, dan memotong biaya kesehatan untuk anak-anak.

Tetapi lebih banyak insentif mungkin diperlukan untuk mendukung anak-anak seiring bertambahnya usia ke depannya, dimulai dengan pendidikan. Korsel saat ini telah memiliki salah satu sistem pendidikan termahal di dunia dibandingkan dengan pendapatan.

Angka kelahiran di Korsel sebelumnya menyusut menjadi 0,78 per wanita tahun 2022 lalu, dari 0,81 pada 2021, yang menempatkan negara itu sebagai negara terendah di dunia.

Negara-negara yang sebanding, bahkan negara dengan tingkat kesuburan yang terkenal rendah, masih berada jauh di atas negara Asia: Spanyol memiliki 1,23 kelahiran per wanita, Italia 1,24, dan Jepang 1,34. Untuk mempertahankan populasi yang stabil, angkanya harus 2,1.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tunjangan Guru Agama Bakal Naik Rp500.000