Internasional

Xi Jinping Warning Keras AS & Tetangga RI, Ada Apa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Selasa, 04/04/2023 21:10 WIB
Foto: Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mendorong hubungan ekonomi yang lebih erat dalam kunjungan ke China yang berupaya menghindari sengketa teritorial di Laut China Selatan. (AP/Yue Yuewei)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China kembali bersuara soal ketegangan di Laut China Selatan (LCS). Kali ini menyangkut tetangga Indonesia.

Dikutip dari AFP, Selasa (4/4/2023), Kementerian Luar Negeri China menyatakan atensinya atas langkah Filipina membuat pangkalan tambahan yang dapat digunakan digunakan oleh pasukan Amerika Serikat (AS), termasuk satu di dekat LCS yang disengketakan dan satu lagi tidak jauh dari Taiwan.

"Karena kepentingan pribadi, AS mempertahankan mentalitas zero-sum dan terus memperkuat penempatan militernya di kawasan itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning.


"Hasilnya pasti akan meningkatkan ketegangan militer dan membahayakan perdamaian dan stabilitas kawasan," tambahnya.

Filipina dan AS merupakan sekutu pertahanan lama. Mereka berbagi perjanjian pertahanan bersama selama puluhan tahun, tetapi kehadiran pasukan AS di negara Asia Tenggara itu tetap menjadi masalah sensitif.

Washington juga memiliki dua pangkalan militer utama di Filipina. Namun pangkalan itu ditutup pada awal 1990-an setelah meningkatnya sentimen nasionalis.

Pada 2014, keduanya menandatangani EDCA, atau Perjanjian Kerjasama Pertahanan yang Ditingkatkan, yang melengkapi Perjanjian Pasukan Kunjungan (VFA) tahun 1999.

VFA memberikan perlindungan hukum untuk latihan perang bersama berskala besar antara kedua sekutu lama tersebut. Selain itu, perjanjian ini memberikan pasukan AS akses ke lima pangkalan Filipina.

Pada Februari, AS mengumumkan Manila telah setuju bahwa pasukan Amerika akan memiliki akses ke empat lokasi baru miliki militer Filipina, sehingga total saat ini menjadi sembilan.

"Keempat lokasi tersebut telah dinilai oleh militer Filipina dan dianggap sesuai dan saling menguntungkan," kata Kantor Komunikasi Kepresidenan dalam sebuah pernyataan.

Departemen Pertahanan AS mengkonfirmasi bahwa lokasi keempat pangkalan itu berada di Filipina Utara yang berbatasan dengan Taiwan. Situs lain akan menjadi pangkalan udara di Pulau Balabac, di lepas ujung selatan Pulau Palawan, dekat LCS.

"Kami juga akan menambah US$ 82 juta (Rp 1,2 triliun) yang telah kami alokasikan untuk investasi infrastruktur di situs EDCA yang ada," tambahnya.

Sementara itu, pembukaan pangkalan ini juga terjadi saat Manila memiliki hubungan yang panas dengan China klaim teritorial LCS. Kedua negara terus saling klaim beberapa pulau yang ada di lautan itu. Terbaru, terjadi insiden penembakan sinar laser oleh armada laut China kepada kapal patroli Filipina di sekitar kawasan itu.

LCS merupakan jalur penting untuk sebagian besar pengiriman komersial dunia dengan beberapa negara terletak di bibir lautan itu seperti Brunei, Kamboja, China, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Lautan itu diyakini sebagai lautan yang kaya hasil alam, terutama migas dan ikan.

China bersikukuh mengklaim sekitar 90% dari lautan itu dalam apa yang disebut sebagai "sembilan garis putus-putus" dimana mencakup area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi). Klaim tersebut telah menimbulkan ketegangan politik dunia akan perang terbuka yang mungkin saja terjadi karena konflik teritorial ini.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gerak Cepat RI Dorong Kesepakatan CoC Demi Atasi Sengketa LCS