PHK Pabrik Pakaian Tangerang

Ternyata, Bukan Pertama Kali Pabrik Pakaian Puma Ini PHK

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
04 April 2023 14:53
Cover Topik, Fokus PHK Massal Puma
Foto: Cover Topik/ PHK Massal Puma/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) ternyata masih terjadi di industri tekstil. Menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), sepanjang tahun 2022 sampai bulan November, tercatat ada 87.000 orang buruh di sektor tekstil nasional, hulu sampai hilir, yang terkena PHK. 

Terbaru, pabrik pemasok pakaian merek global, Puma, PT Tuntex Garment menutup pabrik yang berlokasi di Cikupa, Kabupaten Tangerang. Akibatnya, sekitar 2 pekan menjelang Lebaran 2023, sebanyak 1.163 pegawainya harus menganggur. 

Ironisnya, ternyata penutupan pabrik di Cikupa oleh Tuntex Garment ini bukanlah satu-satunya dan bukan yang pertama. Pabrik Tuntex Garment di wilayah Kota Tangerang pun sudah mengalami hal yang sama, yakni penutupan sejak beberapa waktu yang lalu.

"Pabrik yang di Kota Tangerang (Jl M Toga, Bugel) setahu saya sudah tutup duluan. Sudah nggak ada produksi, jadi grupnya Tuntex," kata Kepala Bidang Hubungan Industrial Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Tangerang Desyanti kepada CNBC Indonesia, Selasa (4/4/2023).

Akibat penutupan pabrik secara beruntun, dampak terhadap pekerja yang terkena PHK pun semakin banyak. Ternyata, PHK ribuan pegawai saat ini bukan kasus pertama. Beberapa tahun lalu, sudah terjadi PHK yang juga dalam jumlah yang sangat besar.

"Mereka sudah rugi 3 tahun dan berusaha keras supaya nggak ada penutupan. Pernah 3 tahun lalu mengefisiensi saat Covid-19 sebanyak 500 pegawai. Sekarang sudah nggak bisa dihindarkan lagi. Efisiensi dulu bentuknya PHK, efisiensi itu pengurangan bukan dirumahkan," kata Desyanti.

Meski sudah tiga tahun terkena badai, namun kondisi perusahaan belum juga membaik karena permintaan yang masih jauh dari normal. Selain itu, kondisi geopolitik juga berpengaruh terhadap permintaan tekstil di pasar Eropa dan Amerika.

"Market PT Tuntex ada di Eropa dan Amerika, dengan kelesuan Eropa, AS hingga kini, inflasi tinggi, maka berdampak pada perusahaan yang menjadikan marketnya Eropa dan AS, dan terdampak ke perang Rusia-Ukraina. Sedangkan penjualan mereka hanya 10% ke Asia, sebagian besar Eropa dan Amerika Serikat," pungkas Desyanti.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tragis! Mau Lebaran, Pabrik Garmen Tutup, PHK 1.163 Buruh

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular