
Harga BBM Pertalite Turun Jelang Lebaran? Ini Kemungkinannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi biasanya mengalami penyesuaian pada tanggal 1 setiap bulannya.
Lantas, bagaimana dengan harga BBM bersubsidi dan penugasan seperti Solar subsidi dan Pertalite (RON 90)? Apakah akan mengalami penurunan pada April mendatang, khususnya jelang Lebaran Idul Fitri?
Menjawab hal tersebut, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, kemungkinan pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi Pertalite pada April mendatang masih sangat kecil.
Hal itu disebabkan oleh harga keekonomian Pertalite masih berada jauh di atas harga jual Pertalite saat ini. Dia menyebut, harga keekonomian Pertalite saat ini masih di kisaran Rp 12.000 - Rp 13.000 per liter. Sementara harga jual BBM Pertalite di SPBU saat ini masih sebesar Rp 10.000 per liter.
"Kalau (harga) Pertalite-nya kayaknya belum (turun) kemungkinan. Karena hitung-hitungannya kan kan masih di atas Rp 10.000 ya. Meskipun mungkin tidak sejauh kemarin, tapi masih di angka Rp 10.000 mungkin ya. Kalau lihat yang RON yang sama di pelaku lain ya mungkin masih Rp 12.000 sampai Rp 13.000 rangenya," paparnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (29/3/2023).
Komaidi mengatakan, ada beberapa hal yang membuat harga BBM bersubsidi jenis Pertalite sulit untuk turun. Pertama, karena harga keekonomian RON 90 yang masih lebih mahal dari harga Pertalite saat ini yang dibanderol Rp 10.000 per liter.
Kedua, Komaidi menyebutkan faktor lainnya yang turut mempengaruhi adalah kapasitas fiskal. Seperti diketahui, BBM Pertalite merupakan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) yang turut menggunakan keuangan negara dalam menyokong subsidi tersebut.
Pasalnya, pemerintah akan membayarkan kompensasi selisih antara harga keekonomian dengan harga jual BBM di SPBU kepada PT Pertamina (Persero) yang mendapatkan penugasan penyediaan BBM Pertalite.
"Faktor lainnya saya kira lebih ke kapasitas fiskal," ujarnya.
Dia menjelaskan, jika harga keekonomian jauh lebih mahal dibandingkan harga jualnya, maka beban subsidinya akan semakin besar.
"Meskipun nanti turun, tapi kan disparitasnya juga cukup lumayan. Kenapa ditetapkan di situ, saya kira pemerintah juga punya kalkulasi yang mendetail terhadap aspek-aspek lain, baik fiskal maupun non fiskal," tandasnya.
Adapun, perhitungan untuk penyesuaian harga BBM setidaknya dipengaruhi dua hal, yakni harga minyak mentah dan kurs rupiah yang berlaku pada dua bulan sebelumnya.
"Kalau by regulasi kan menghitungnya 2 bulan ke belakang, jadi kalau (harga minyak) turunnya baru-baru sekarang, ya (BBM) turunnya nggak sekarang. Tapi masih satu bulan setengah ke depan," jelasnya.
Seperti diketahui, harga minyak mentah pada Maret 2023 ini relatif lebih rendah dibandingkan Februari atau Januari 2023 lalu, yang berada di kisaran US$ 80 per barel.
Harga minyak Brent pada bulan Maret 2023 ini sempat tercatat mencapai US$ 71,02 per barel. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) sempat di kisaran US$ 64,81 per barel pada 20 Maret 2023. Harga minyak tersebut bahkan menyentuh rekor terendah dalam 15 bulan terakhir.
Meski kini harga minyak menunjukkan ada peningkatan, namun masih di kisaran US$ 70-an per barel.
Pada perdagangan Rabu (29/3/2023) harga minyak mentah Brent tercatat US$ 78,98 per barel, naik 0,42% dibandingkan posisi kemarin. Sedangkan jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 0,68% ke US$ 73,70 per barel.
Selain harga minyak mentah, faktor kedua yang menentukan harga BBM di dalam negeri yaitu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar atau kurs kini menunjukkan tren penguatan.
Pada perdagangan Rabu (29/03/2023), rupiah berada di Rp 15.060 per US$ atau menguat 0,17% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan turunnya harga minyak mentah dunia itu tidak serta merta bisa menurunkan harga BBM di dalam negeri.
Saat ini, katanya, harga minyak mentah memang dalam kondisi turun, tetapi masih pada level US$ 70 per barel.
"Sementara ini kalau (turunnya) sampai US$ 70 kami hitung masih belum (belum turun harga BBM). Jadi mulai US$ 65, harga minyak US$ 65 per barel nanti kita lakukan adjustment ya, kan sekarang US$ 73 berapa itu masih formula yang kita sampaikan di balik harga batas harga JBKP masih," jelas Tutuka, dikutip Rabu, (22/3/2023).
Tutuka menjelaskan belum bisa menyampaikan apakah harga BBM Pertalite atau subsidi di Tanah Air bisa mengalami penurunan. Namun, pihaknya masih melakukan perhitungan dan antisipasi atas turunnya harga minyak mentah dunia ini.
"Tapi kalau kami menduga itu sekitar harga minyak US$ 65 per barel itu kita mesti menyesuaikan itu," pungkasnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rp 10.000, Terungkap Segini Harga Asli BBM Pertalite