CNBC Indonesia Insight

Ini Sejarah Konflik Israel Yang Bisa Picu Perang Saudara

mum, CNBC Indonesia
Selasa, 28/03/2023 13:45 WIB
Foto: REUTERS/STRINGER

Jakarta, CNBC Indonesia - Israel sedang dilanda kekacauan Minggu hingga Senin kemarin. Negeri Yahudi itu diguncang protes besar-besaran warganya. Sekitar 80.000 demonstran berkumpul di Tel Aviv menyerukan demokrasi.

Negara ini memang tidak lepas dari perang saudara, sehingga pantas menteri ekonominya Nir Barkat, mengatakan Israel terancam "perang saudara".

Sejatinya Israel tidak rukun sebagai sebuah negara, sejarah mencatat konflik bersaudara di Israel merujuk pada konflik internal antara orang Yahudi yang berbeda pandangan politik dan agama di negara ini.


Meskipun konflik ini tidak sebesar konflik Israel dengan negara-negara tetangganya atau dengan Palestina, konflik di Israel telah memicu ketegangan yang berkepanjangan dan mempengaruhi dinamika politik di negara ini.

Sejarah konflik internal di Israel dimulai sejak pendiriannya pada tahun 1948. Pada awalnya, para pemimpin politik Israel memiliki pandangan yang berbeda tentang arah yang harus diambil negara baru ini.

Ada kelompok yang ingin membangun negara yang bersifat sekuler, sedangkan kelompok lainnya ingin membangun negara yang berbasis agama Yahudi.

Pada tahun 1948 hingga 1960-an, konflik di Israel berfokus pada konflik antara kaum sekuler dan agama.

Hal ini terjadi ketika partai-partai politik berbasis agama Yahudi seperti Partai Agama Nasional dan Yahudi Agama bersaing dengan partai-partai politik sekuler seperti Mapai dan Rafi untuk memimpin negara ini.

Pada tahun 1970-an, konflik di Israel berubah fokus ke arah konflik antara sayap kanan dan kiri politik. Hal ini terjadi ketika gerakan ekstrem sayap kanan seperti Gush Emunim mendorong pemerintah untuk membangun pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan Jalur Gaza, yang menjadi sumber ketegangan dengan Palestina.

Selama beberapa dekade terakhir, konflik di Israel berkisar pada konflik antara kelompok ultra-ortodoks Yahudi dan kaum sekuler.

Kelompok ultra-ortodoks menuntut hak-hak khusus untuk mempraktikkan agama mereka, seperti bebas dari wajib militer dan pendidikan sekuler yang terpisah.

Konflik ini memunculkan ketegangan di negara Israel dan mempengaruhi dinamika politik di sana. Namun, banyak upaya yang dilakukan untuk mempromosikan rekonsiliasi antara kelompok-kelompok yang berbeda pandangan di Israel, termasuk melalui dialog antaragama dan kerja sama politik. Pemerintah Israel juga telah mengambil tindakan untuk meningkatkan kesetaraan dan keadilan sosial bagi semua warga negaranya.

CNBC Indonesia Research

research@cnbcindonesia.com


(mum/mum)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Genset Terimbas Efisiensi, Pelaku Usaha Berharap Ini